Perusahaan Kesulitan Rekrut dan Pertahankan Karyawan Milenial

Kamis, 02 Mei 2019 - 19:59 WIB
Perusahaan Kesulitan Rekrut dan Pertahankan Karyawan Milenial
Dalam kurun waktu dua tahun ada 43% milenial berencana untuk berhenti dari tempat kerja mereka. Foto/SINDONews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Perusahaan saat ini seringkali kesulitan merekrut dan mempertahankan karyawan milenial. Padahal dunia pekerjaan sedang mengalami masa transisi.

Yakni, di mana lebih dari 50-70% karyawan penggerak perusahaan adalah Generasi Milenial, atau mereka yang lahir pada rentang 1981-1996.

Berdasarkan Deloitte Millennial Survey 2018, dalam kurun waktu dua tahun ada 43% milenial berencana untuk berhenti dari tempat kerja mereka. Hanya 28% yang berencana menetap dengan perusahaannya saat ini sampai lebih dari 5 tahun.

Menelisik fenomena tesebut, Headhunter Indonesia, konsultan sumber daya manusia bagi 500 perusahaan yang berasal dari 19 negara di Asia-Pasifik, Eropa, Amerika Serikat hingga Rusia, melakukan survei terhadap 217 Generasi Milenial di Pulau Jawa.

Founder & Managing Director Headhunter Indonesia, Haryo Utomo Suryosumarto, mengungkapkan, ada sejumlah faktor utama yang menyebabkan milenial tidak bertahan lama dan akhirnya membuat angka turnover perusahaan menjadi tinggi.

"Milenial merasa kurang mendapat pelatihan dan pengembangan diri. Mereka berasumsi cara untuk mengembangkan potensi diri adalah dengan berpindah tempat kerja yang dirasa lebih baik," kata dia.

Selain itu, kurangnya kepercayaan dari para manajer senior terhadap Milenial dan tidak merasakan nilai dan visi misi perusahaan diterapkan dalam pekerjaan sehari-hari, juga menjadi penyebab milenial tidak betah.

"Milenial merasa sulit berkomunikasi dengan atasannya yang berasal dari Gen X," kata dia. Perbedaan usia, perspektif dan cara pandang antara Gen X sebagai angkatan kerja pendahulu dan Generasi Milenial menjadi tantangan perusahaan.

Lantas apa tips supaya milenial betah? Konsultan sumber daya manusia Headhunter Indonesia memiliki tips bagi perusahaan di Surabaya dan Jawa Timur yang ingin merekrut atau mempertahankan karyawan milenial.

“Banyak perusahaan salah paham menarik perhatian milenial dengan membangun playground di kantor. Padahal menurut survei kami, bukan itu yang akhirnya membuat karyawan Milenial bertahan,” kata Haryo Utomo Suryosumarto.

Survei Headhunter Indonesia 2018 menemukan setidaknya ada tiga prioritas utama yang harus dilakukan perusahaan di Surabaya dan Jawa Timur untuk bisa sukses merekrut dan mempertahankan karyawan milenial. Di antaranya dengan cara menciptakan persahabatan.

Persahabatan menjadi faktor terpenting yang membuat milenial bertahan di tempat kerja. Memiliki hubungan seperti seorang sahabat dalam satu perusahaan membuat karyawan milenial makin setia. "Membangun hubungan yang tidak kaku perlu dimulai dari level manajemen senior, supaya bisa menular dengan cepat pada seluruh karyawan," kata Haryo.

Selanjutnya, perusahaan harus menyediakan ruang untuk Milenial berkarya dan memberikan yang terbaik. Generasi Milenial memberi nilai tambah kepada pekerjaan yang bisa mendorong mereka untuk mengembangkan diri. Mereka lebih tertarik dengan pekerjaan yang memberikan kebebasan untuk mengembangkan kreativitas dan ide-ide baru, dan cenderung menganggap pekerjaan yang monoton sebagai kurang menarik.

"Ketiga perusahaan harus melibatkan dan menjadikan Milenial bagian dari kesuksesan perusahaan. Karyawan Milenial perlu merasa terlibat sebagai bagian penting dari perusahaan, dan ingin melihat hasil kerja mereka berdampak riil bagi kemajuan perusahaan. Manajemen harus mengkomunikasikan dengan baik bagaimana perusahaan terbantu oleh pekerjaan yang dikerjakan oleh para Milenial setiap harinya,"lanjutnya.

Selain dari survei, insight ini didapatkan Headhunter Indonesia dari pengalaman merekrut tenaga kerja untuk lebih dari 500 perusahaan yang berasal dari 19 negara sejak 2009. Headhunter Indonesia ingin membantu perusahaan-perusahaan di Surabaya dan Jawa Timur agar tidak kesulitan merekrut dan mempertahankan karyawan Milenial.

“Masalah yang seringkali dialami dalam merekrut karyawan Milenial, khususnya di kota besar seperti Surabaya, adalah chemistry gap antara karyawan yang beda generasi. Hal ini membuat kami tidak hanya menyediakan solusi rekrutmen saja, melainkan juga membagikan tips bagi perusahaan tentang bagaimana mempertahankan karyawan Milenial dan menjadikan mereka sebagai salah satu kunci pertumbuhan perusahaan yang semakin pesat”, pungkas Haryo.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0840 seconds (0.1#10.140)