Ini yang Dilakukan Pakde Karwo Saat Jadi Tim Dosen Unair

Jum'at, 03 Mei 2019 - 11:47 WIB
Ini yang Dilakukan Pakde Karwo Saat Jadi Tim Dosen Unair
Mantan Gubernur Jawa Timur ketika menjadi dosen di Universitas Airlangga Surabaya. Foto/SINDOnews/Aan Haryono
A A A
SURABAYA - Mantan Gubernur Jawa Timur Sokarwo resmi menjadi bagian dari tim dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga.

Jam terbang dan pengalamannya sebagai kepala daerah akan diuji ketika mengampu mata kuliah Teori Ekonomi Makro serta Program Studi Magister Ilmu Ekonomi.

Pakde Karwo, sapaan akrabnya, menuturkan, pihaknya akan banyak mengupas tentang persoalan dalam makro ekonomi seperti strategi dalam menstabilkan ekonomi. Pembahasan pun lebih banyak mengupas dari sisi empiris, yakni implementasi dan praktiknya.

“Salah satunya tentang stabilisasi pertumbuhan ekonomi tinggi, penyerapan kesempatan kerja tinggi, kemiskinan terjaga dan bisa diturunkan, serta stabilitas harga dapat ditempuh,” kata Pakde Karwo, Jumat (3/5/2019).

Pakde Karwo juga memberikan testimoni di sektor pertanian yang menjadi tulang punggung perekonomian di Jawa Timur. Baginya, perlu adanya perhatian lebih pada sektor pertanian karena kontribusinya yang cukup besar dalam ekonomi. Begitu juga dengan penyerapan tenaga kerja terutama di pedesaan. “Biasanya kawasan pedesaan menjadi kantong-kantong kemiskinan,” ujar dia.

Pakde Karwo juga menjelaskan, permasalahan saat ini pada sektor pertanian yang harus diarahkan untuk penciptaan nilai tambahnya yang belum optimal. Sehingga perlu desain program untuk meningkatkan penciptaan nilai tambah di pertanian, khususnya bagi para petani.

“Dengan konsep agro-maritim hulu hilir. Jadi petani bukan hanya sebagai penggarap tapi juga terlibat aktif dalam sisi produksi,” ungkap dia.

Dengan cara itu, kata dia, petani juga bisa mengetahui seputar teknik marketing, menjual produk dengan baik dan nilai tambahnya yang lebih tinggi. Pemerintah membantu petani agar bisa memiliki peluang menciptakan nilai tambah yang bisa berdampak pada pendapatan.

“Kalau sudah kuat hanya diberi stimulasi, kalau perlu bantuan diberi fasilitas, sementara kalau sangat lemah diberi charity,” jelas dia.

Suami Nina Kirana ini menambahkan, para petani selama ini hanya berfokus untuk menghasilkan panen yang sebesar-besarnya. Padahal untuk menjual sesuatu di pasar, harus mengetahui intelligent marketing dan skill.

“Standarisasi produk itu perlu agar dapat diterima di banyak tempat. Penyuluhan kepada petani mengenai hal ini dilakukan secara berjenjang mulai dari institusi pemerintahan dan bidang-bidang terkait, hingga ke gabungan kelompok pertanian dan terakhir melalui kelompok tani sendiri,” kata dia.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.6836 seconds (0.1#10.140)