Pasokan Bahan Pangan Ramadhan-Lebaran Dipastikan Aman

Selasa, 14 Mei 2019 - 08:25 WIB
Pasokan Bahan Pangan Ramadhan-Lebaran Dipastikan Aman
Pemerintah memastikan pasokan bahan pangan selama Ramadhan dan jelang Lebaran, aman dan harganya pun tidak akan menekan konsumen meski ada kenaikan. Foto/Dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pemerintah memastikan pasokan bahan pangan selama Ramadhan dan jelang Lebaran, aman dan harganya pun tidak akan menekan konsumen meski ada kenaikan.

Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian pertanian (Kementan) Agung Hendriadi menegaskan jaminan ini karena adanya surplus pasokan bahan pangan selama Januari sampai Juni 2019, yang membuat berbagai bahan pangan selama periode tersebut tidak ada yang naik. Khususnya menjelang maupun saat Ramadhan dan Lebaran.

"Pasokan pangan dari periode Januari hingga Juni 2019 mengalami surplus sehingga enggak ada yang naik harga. Mana ada yang naik," tegas Agung dalam diskusi publik bertema Pengendalian Bahan Pangan yang digelar Forum Merdeka Barat 9 di Gedung Serbaguna Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Senin (13/5/2019).

Berdasarkan data yang dia miliki, secara rinci disebutkan bahwa 12 bahan pangan pokok mengalami surplus. Misalnya beras surplus sebesar 12,98 juta ton lantaran perkiraan ketersediaan beras saat ini 27,99 juta ton. Sementara perkiraan kebutuhan 15,01 juta ton.

Begitu juga bawang merah yang surplus 83.900 ton karena ketersediaan sebesar 753.900 ton dan kebutuhan 670.000 ton. Sementara untuk bawang putih juga surplus sebesar 30.000 ton lantaran ketersediaan 270.000 ton sementara kebutuhan 240.000 ton. "Alhamdulillah, pasokan ketersediaan kita dibanding kebutuhan ini surplus," ujar Agung.

Namun begitu, Agung mengakui untuk komoditas bawang merah dan cabai merah pada saat menjelang Ramadhan memang terjadi kenaikan harga akibat masa panen yang baru terjadi pada Mei 2019. Namun setelah itu, harga kembali stabil.

"April ada kenaikan bawang merah, cabai merah, iya. Karena musim panen Mei, sekarang sudah panen, Mei-Juni hampir 200.000 ton dengan konsumsi 150.000 ton, jadi ini over. Bawang merah itu sekarang panen 250.000," tukasnya.

Dikatakan Agung, pihaknya telah berkoordinasi dengan kementerian atau lembaga lain sehingga keberadaan pangan di pasar aman terkendali. Bulan Ramadhan dan Lebaran merupakan peristiwa tahunan yang sudah diprediksi.

Karena itu, Kementan bekerja sama dengan instansi kementerian terkait berupaya untuk menjaga pasokan bahan pangan dengan menyiapkannya empat hingga enam bulan sebelumnya.

Ada pun, terkait harga bawang putih, Agung menegaskan, karena selama ini diperoleh dari hasil impor yang mencapai 90% dari total kebutuhan. Namun dipastikannya, tahun 2021, Indonesia mampu swasembada bawang putih.

"Kami targetkan swasembada 2021. Mekanismenya 600.000 ton kebutuhan setahun bisa dipenuhi dengan luas wilayah 6.000 hektare, produktivitas 10.000 ton per hektar. Hari ini baru 20.000 hektare produksinya jadi kami gunakan benih seluruhnya," kata Agung.

"Karena untuk menghasilkan 10.000 ton per hektar yang dibutuhkan dua kali lipat. Jadi kami siapkan pembenihan sehingga diharapkan 2021 bisa terpenuhi. Maka importir sekarang dikenakan wajib tanam 5%," kata dia.

Selain itu, Kementan juga menjalin kerjasama dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk memperlancar angkutan logistik untuk kebutuhan selama bulan puasa. Dengan demikian diharapkan harga harga kebutuhan pokok yang diperlukan selama Ramadhan dan Lebaran menjadi stabil.

"Insya Allah aman terkendali dan stabil. Harganya pun tidak sampai menekan dan merugikan konsumen, dan tahun ini tidak ada gejolak harga yang berlebihan, memang sempat naik sedikit untuk komoditas cabai di bulan April, karena belum panen," jelas Agung.

Sementara itu, dalam kesempatan sama, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian, Musdalifah Mahmud mengungkapkan bahwa pemerintah sudah menyiapkan antisipasi ketika harga dan konsumsi bahan pokok meningkat saat puasa hingga Lebaran. Dihitung setiap kali puasa, terjadi peningkatan konsumsi hingga 20%.

Musdalifah mengatakan, sebenarnya perayaan puasa dan Lebaran sesuatu yang rutin. Artinya, setiap kali ada perayaan hari raya seperti ini, pemerintah saling koordinasi untuk menyiapkan stok karena jumlah permintaan seperti cabai, bawang merah, daging dan lain-lainnya meningkat.

"Untuk hal ini kita koordinasi dengan berbagai direktorat jenderal terkait pangan. Kita lakukan untuk mencukupi, karena saat Ramadhan terjadi peningkatan konsumsi 10%-20%, baik telur, daging hingga cabai," kata dia.

Untuk pasokan, kata dia, Kemenko Perekonomian berkoordinasi dengan Perum Bulog. Misalnya terkait pasokan beras, berapa jumlah yang ada di Bulog. "Kita antisipasi tahun ini pasti aman. Bulog stok 1,9 juta ton, lalu masuk musim panen raya juga. Bulog bisa menyerap semaksimal mungkin," kata dia.

Kemudian dalam mengantisipasi lonjakan permintaan cabai, bawang merah dan lainnya dikoordinasikan dengan Direktorat Jenderal Hortikultura. Hal ini diantisipasi dengan melakukan tambahan penanaman empat bulan sebelum puasa.

"Kemudian distribusi juga diantisipasi dengan Kemendag. Meskipun Indonesia produsen beras terbesar tapi ada daerah yang belum surplus. Nah kami yakinkan distribusi ini lancar," pungkap dia.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.6153 seconds (0.1#10.140)