Laba Bersih IPC Kuartal I 2019 Naik 50,8% Jadi Rp757,9 Miliar

Kamis, 16 Mei 2019 - 21:24 WIB
Laba Bersih IPC Kuartal I 2019 Naik 50,8% Jadi Rp757,9 Miliar
Pencapaian Indonesia Port Corporation (IPC) atau PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II (Persero) selama kuartal I 2019, laba bersih tercatat Rp757,9 miliar. Foto/SINDOnews/nuriwan trihendrawan
A A A
JAKARTA - Pencapaian Indonesia Port Corporation (IPC) atau PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II (Persero) selama kuartal I 2019, laba bersih tercatat Rp757,9 miliar.

“Angka ini naik 50,8% dibandingkan kuartal I 2018 yang sebesar Rp 500 miliar. Pendapatan usaha juga naik 5,53% dari Rp2,6 triliun menjadi Rp2,74 triliun,” kata Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) / IPC Elvyn G Masassy, saat acara buka puasa bersama wartawan di Jakarta, Kamis (16/5/2019).

Meski demikian, lanjut Elvyn, EBITDA turun 0,%, dari Rp1,09 triliun menjadi Rp1,08 triliun. Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) juga mengalami sedikit kenaikan, dari 65,5% menjadi 67,48%.

Sedangkan arus (throughput) petikemas kuartal I 2019 tercatat 1,83 juta TEUs. Angka ini sama dengan kuartal I 2018. Untuk arus non peti kemas, IPC mencatat kenaikan sebesar 5,53% dari 13,36 juta Ton menjadi 14,10 juta Ton.

Sementara itu, terkait kesiapan arus mudik lebaran 2019, Elvyn memastikan bahwa semua pelabuhan yang dikelola IPC siap menyambut kedatangan dan keberangkatan para pemudik. Khusus di Pelabuhan Tanjung Priok, IPC memberikan fasilitas mudik gratis untuk 2000 pemudik tujuan Batam dan Surabaya dengan kapal laut.

“Selain itu, kami memfasilitasi sekitar 22.000 pemudik tujuan Jawa dan Sumatera. IPC menyiapkan 406 bus berstandar pariwisata dengan tujuan beberapa kota utama di Jawa dan Sumatera. Mudik gratis bersama IPC Grup 2019 juga memberikan layanan angkutan balik bagi pemudik yang hendak kembali ke Jakarta setelah berlebaran,” jelas dia.

Pada kesempatan itu, Elvyn menjelaskan, implementasi Trilogi Maritim atau jaringan pelabuhan yang terintegrasi (integrated port network) diyakini akan menurunkan biaya logistik nasional. “Konsep ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk menurunkan biaya logistik sebesar 4,9% dalam tiga tahun ke depan,” ujar dia.

Menurut dia, ada beberapa tantangan untuk menurunkan biaya logistik nasional. Yakni belum optimalnya jaringan pelayaran, belum adanya standarisasi pelabuhan, serta masih tingginya inefisiensi transportasi darat. Dengan Trilogi Maritim, hambatan-hambatan itu bisa ditekan.

“Tahun 2018, biaya logistik nasional sebesar 23,6% dari total produk domestik bruto. Kami yakin dengan Trilogi Maritim biaya logistik turun menjadi 18,7% pada tahun 2022,” kata dia.

Konsep Trilogi Maritim mencakup tiga pilar, yaitu standarisasi pelabuhan, aliansi pelayaran dan industri yang terakses baik dengan pelabuhan. Dalam hal standarisasi pelabuhan, perlu ada kualitas standar, baik fisik maupun teknologi yang digunakan.

“Sejak 2016 kami melakukan standarisasi pelabuhan dengan menitikberatkan pengembangan fisik serta digitalisasi, sehingga layanan dan operasional lebih cepat dan mudah. IPC terus melakukan transformasi untuk menjadi trade facilitator,” kata dia.

Elvyn menyinggung kesiapan Pelabuhan Tanjung Priok menjadi pelabuhan hub terbesar di Asia Tenggara. “IPC telah membuka layanan pelayaran langsung (direct call services) ke Amerika, Eropa, Australia dan Intra Asia. IPC terus mengembangkan layanan direct call dari Tanjung Priok, dan yang terbaru adalah melalui penguatan kerja sama dengan Pelabuhan Ningbo, Cina, akhir April lalu,” urai dia.

Dengan layanan direct call, ekspor atau impor tak perlu lagi mampir ke Singapura. “Tanpa transhipment di Singapura, biaya jasa kepelabuhanan dan jasa tambang (freight cost) terpangkas hingga 40%,” pungkas dia.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.6746 seconds (0.1#10.140)