Jalan Takziyah Demokrasi, Risma Terobos Gang Tikus Sampai Tetesan Airmata

Jum'at, 17 Mei 2019 - 14:51 WIB
Jalan Takziyah Demokrasi, Risma Terobos Gang Tikus Sampai Tetesan Airmata
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyusuri gang-gang tikus untuk melakukan takziyah. Foto/SINDOnews/Aan Haryono
A A A
SURABAYA - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terus menyisir rumah-rumah keluarga Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal.

Jalan takziyah demokrasi yang dilakukannya diyakini mampu mengurangi sedikit kesedihan dan membungkus kembali harapan.

Sampai saat ini, jumlahnya KPPS dari Kota Pahlawan yang meninggal dunia sudah mencapai 15 orang. Mereka tersebar di berbagai wilayah di Kota Surabaya. Tiap hari, Risma mencoba untuk menelusuri semua rumah petugas KPPS yang meninggal tersebut.

Untuk hari ini Jumat (17/5/2019), Risma berencana untuk mencari rumah KPPS yang meninggal dunia di Jalan Bulak Banteng Lor 1 nomor 178 Surabaya. Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu berencana untuk datang ke rumah duka petugas KPPS yang menjaga TPS 66.

Sehari sebelumknya, Risma juga takziah ke rumah duka almarhum Agus Riyadi di Tambak Arum VII nomor 8, Surabaya. Agus merupakan anggota KPPS di TPS 10 Kelurahan Tambakrejo.

Untuk sampai ke rumah duka, Risma harus menerobos gang tikus yang sempit dan hanya bisa memuat satu orang. Perlahan dia jalan kaki meski kakinya belum sembuh total dari cedera panjang.

Tiba di rumah duka, Risma ditemui oleh istri almarhum Mukaromah dan kedua anaknya, yaitu Erlan Dwi Firmansyah dan Pamela. Wajah keluarga ini masih belum bisa menyembunyikan kesedihannya. Bahkan, mata sang istri masih sembab. Saat itu, Risma nampak ikut bersedih.

Risma berusaha menggali berbagai masalah yang dihadapi keluarga almarhum. Dia seakan membawa secercah harapan baru bagi keluarga ini. Si Erlan, salah satu anak almarhum ternyata sudah bekerja di salah satu SPBU di Sidoarjo. Setiap hari dia harus pulang pergi (PP) Surabaya-Sidoarjo. Makanya, Risma langsung mengajaknya untuk bekerja di Pemkot Surabaya menjadi Linmas. Senyuman kegembiraan pun terpancar dari keluarga ini.

Kemudian, Pamela yang masih menempuh pendidikan di SMA 7 Surabaya, langsung ditanggung biaya sekolahnya hingga lulus. Dia pun gembira mendengar keputusan itu. Selanjutnya, giliran istri almarhum yang dikorek masalahnya.

Sebelumnya, Mukaromah hanya penjual sate usus dengan penghasilan yang tak menentu. Risma pun mengajaknya untuk bekerja di Rumah Sakit Soewandhi. Lagi-lagi, senyum kebahagian itu terpacar dari wajah Mukaromah. Harapan hidup yang sempat hilang, tentu sudah mulai terang. Ketiganya akan menjalankan peran masing-masing di dunia baru demi keberlangsungan hidupnya meski tanpa seorang Bapak yang dulunya menjadi sopir lyn.

“Panjenengan (anda) saya carikan pekerjaan di Rumah Sakit Soewandhi. Di sana itu kan agak siang masuknya, jadi mungkin lebih enak. Kalau Pamela nanti SPP nya kita bantu sampai lulus,” kata Risma.

Anak almarhum Agus Riyadi, Erlan Dwi Firmansyah sendiri mengaku bersyukur diajak kerja di Linmas. “Saya sangat bersyukur nanti bisa kerja di Linmas, sehingga nanti tidak perlu PP Surabaya-Sidoarjo lagi. Mungkin ini rejeki orang tua juga, meskipun sudah meninggal,” kata dia.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.6859 seconds (0.1#10.140)