Cendekiawan Muda Muhammadiyah: Indonesia Harus Tetap Bersatu

Senin, 20 Mei 2019 - 18:37 WIB
Cendekiawan Muda Muhammadiyah: Indonesia Harus Tetap Bersatu
Para cendekiawan muda Muhammadiyah, membuat seruan kebangsaan menghadapi situasi Indonesia yang menghadapi ancaman disintegrasi. Foto/SINDOnews/Yuswantoro
A A A
MALANG - Para cendekiawan muda Muhammadiyah, menyerukan keprihatinan atas kondisi Bangsa Indonesia, yang menghadapi ancaman disintegrasi pasca Pemilu 2019.

Mereka menggelar Seruan Kebangsaan, di UMM Dome, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Senin (20/5/2019), untuk mengajak segenap elemen bangsa terus menjaga persatuan Indonesia.

Seruan ini bertepatan dengan peringatan 111 tahun Kebangkitan Nasional, yang menjadi semangat dan kekuatan untuk memerdekakan Bangsa Indonesia, dari segala bentuk penjajahan, melalui keasadaran untuk bersatu dan berdaulat.

Juru bicara Cendekiawan Muda Muhammadiyah di UMM, Pradana Boy menyatakan, sebagai cendekiawan muda pihaknya prihatin atas gejala politik saat ini, karena bangsa ini menghadapi ancaman disentegrasi.

Lebih lanjut, Pradana mengutip pernyataan Presiden Sukarno, bahwa persatuan adalah sesuatu yang amat mahal dan terlalu mahal untuk dikorbankan. "Sekali persatuan dikorbankan maka pemulihannya akan sangat lama, bisa ratusan tahun, atau justru tak bisa dipulihkan," ungkapnya.

Dia juga menyayangkan, saat ini kebenaran faktual tidak lagi merupakan kebenaran sejati. Sebaliknya, kebenaran telah digantikan dengan pembenaran atas opini, propaganda, pandangan, analisis, atau berita bohong.

Cendekiawan Muda Muhammadiyah: Indonesia Harus Tetap Bersatu


Tingkat kepercayaan kepada "yang dianggap benar", dan bukan kepada "kebenaran faktual" telah menjadikan wibawa lembaga-lembaga negara yang berkompeten dalam memproduksi informasi pada bidang tertentu, menurun.

Bahkan, lanjutnya, kini muncul kecenderungan bahwa lembaga-lembaga negara tidak lagi dihormati dan bahkan dianggap sebagai bagian dari konspirasi jahat menghancurkan bangsa.

Sebagai bangsa yang berpijak teguh kepada agama, agama dan tokoh-tokoh agama diharapkan memainkan peran dalam meminimalisir konflik, ketegangan dan fragmentasi yang melanda bangsa ini.

"Sayangnya, tidak sedikit tokoh agama yang menjadi bagian dari pusaran konflik dan alih-alih menjadi kekuatan perekat, justru sering mengajak masyarakat untuk menyelesaikan masalah dengan cara-cara yang tidak agamis," ujar Pradana.

Kegiatan Seruan Kebangsaan ini, menurutnya juga memberikan beberapa pernyataan penting untuk mengingatkan kepada publik, di antaranya, menghormati setiap proses demokrasi, memandangnya sebagai mekanisme rutin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan tidak menjadikannya sebagai pemicu fragmentasi dan konflik antar anak bangsa.

Selain itu, melalui Seruan Kebangsaan ini, para cendekiawan muda Muhammadiyah mengajak para tokoh masyarakat dan pemimpin agama untuk menjadi perekat umat, penyejuk situasi dan peredam ketegangan, serta Mendukung pemerintahan yang sah saat ini untuk bersikap tegas dan kuat dalam menghadapi setiap upaya memecah belah bangsa.

Cendekiawan Muda Muhammadiyah: Indonesia Harus Tetap Bersatu


Sementara akademisi UMM, yang juga tergabung dalam gerakan cendekiawan muda Muhammadiyah, Nasrullah menegaskan, bahwa Seruan Kebangsaan ini merupakan seruan untuk persatuan Indonesia, di tengah ancaman disintegrasi bangsa.

"Kami menyerukan persatuan Indonesia, dan memaknai semangat Kebangkitan Nasional. Seruan ini bukan untuk melawan atau menandingi gerakan apapun terkait kontestasi politik di Pemilu 2019. Ini seruan keprihatinan kami, atas kondisi bangsa," tegasnya.

Dia mengalogikan Seruan Kebangsaa ini adalah sebuah azan, sebagai ajakan untuk bersholat, sehingga seruan ini tentunya akan dilanjutkan dengan sholat, yakni dengan membangun komunikasi dengan cendekiawan lain di Indonesia, untuk merajut persatuan dan merawat kebhinekaan.

Semangat yang sama juga digelorakan Luluk Dwi Kumalasari. Akademisi yang sehari-hari mengajar sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMM tersebut, menambahkan, bahwa seruan kebangsaa ini sebagai ungkapan keprihatinan anak bangsa.

"Kita dipertontonkan realitas yang menggelikan. Di mana, saat ini para kalangan menengah atas yang didalangi para elit serta iletektual, menciptakan kegaduhan, ketidaknyamanan, serta konflik. Sementara rakyat di tingkatan akar rumput, sudah tidak lagi mempermasalahkan segala perbedaan pilihan politiknya," ungkapnya.

Melalui Seruan Kebangsaan ini, dia menegaskan, para cendekiawan muda Muhammadiyah untuk lebih mementingkan persatuan Indonesia, dan melihat kontestasi dalam pesta demokrasi yang sudah berlalu itu secara wajar-wajar saja, dan menerima setiap kekalahan dan kemenangan dengan kewajaran.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.8383 seconds (0.1#10.140)