Virus Cacar Monyet, Ini Cara Mengenali dan Pencegahannya

Selasa, 28 Mei 2019 - 12:58 WIB
Virus Cacar Monyet, Ini Cara Mengenali dan Pencegahannya
Guru Besar Virologi dan Imunologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Suwarno menjelaskan tentang cacar monyet serta cara pencegahannya. Foto/SINDOnews/Aan Haryono
A A A
SURABAYA - Virus cacar monyet sempat membuat masyarakat panik karena ramai di media sosial, serta ajakan untuk memutus jaringan virus yang sempat ditemukan di Singapura.

Guru Besar Virologi dan Imunologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Suwarno menuturkan, masyarakat tidak perlu terlalu khawatir dan tetap waspada terhadap cacar monyet. Sebab, dinas kesehatan belum menemukan keberadaan inang dari virus tersebut.

"Biasanya, penderita cacar monyet dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 14 sampai 21 hari. Tapi bisa berakibat fatal jika pasien mengalami infeksi sekunder atau komplikasi," kata Soewarno saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (28/5/2019).

Ia melanjutkan, persentase kasus fatal hanya sebesar 1-10 persen. Sebagian besar diantaranya terjadi pada kelompok usia dini yang berumur 9-15 tahun. Bahkan, pernah berdampak pada kematian anak-anak di Afrika.

Dunia medis mengklasifikasikan cacar monyet ke dalam kategori zoonosis atau penyakit yang menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Tetapi, mulai terdapat kecenderungan menular antar manusia. Termasuk baru ditemukan (new emerging desease) pada tahun 1958 dan terlokalisir di Afrika sampai dengan sebelum 2003.

"Baru pada 2003 meluas ke Amerika (47 kasus), tahun 2018 menuju Inggris (3 kasus) dan Israel (1 kasus), serta tahun 2019 di Singapura ini," ujar penemu spray flu burung ini.

Virus monkeypox, katanya, merupakan anggota dari genus Orthopoxvirus dari famili Poxviridae. Mirip dengan variola (cacar manusia), vaccinia (virus anak sapi), cowpox (virus sapi dewasa) dan camelpox (virus unta).

Ukurannya mencapai 140-260nm, dengan panjang 220-450nm, beramplop, sedikit pleomorfik, inti berbentuk halter dengan lateral tubuh, simetri kompleks dengan genom linier dan memiliki panjang genom 196.858bp.

Sebelum cacar monyet, dunia dikejutkan oleh munculnya penyakit cacar pada manusia atau variola. Jika menginfeksi kulit, tingkatannya dalam dan akan meninggalkan bekas berupa bopeng. Tetapi sudah berhasil dibasmi sejak 1970-an. Jadi ada semacam hubungan tertutup juga antara keduanya," ungkapnya.

Ia juga menjelaskan, cacar monyet dapat menular dari hewan ke hewan atau dari hewan ke manusia melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Materialnya seperti darah, cairan tubuh, serta lesi kutaneus. Beberapa informasi juga menyatakan bahwa memakan daging yang kurang masak dari hewan penderita dapat berakibat pada penularan ke spesies lain.

"Selain primata, kita juga harus mewaspadai hewan-hewan yang berperan sebagai reservoir. Seperti pada kelompok rodent meliputi tikus, kelinci, landak, trenggiling dan tupai," kata Wakil Dekan III FKH Unair ini.

Masa inkubasi cacar monyet berkisar antara enam hingga enam belas hari. Pada hari pertama pasca infeksi, virus berkembang biak dan menimbulkan peradangan lokal. Kemudian beranjak menuju pembuluh darah. Lima hari pertama akan ditandai dengan demam, sakit kepala, pembengkakan limfoglandula, serta nyeri di beberapa bagian tubuh.

Setelah demam, gejala dilanjutkan dengan munculnya ruam pada kulit dari tahap papula, berubah menjadi vesikel, pastula, diikuti dengan kusta dalam waktu sepuluh hari. "Sebanyak 70% kasus terjadi di wajah, 30% di area genital, sisanya di mata. Pada kasus lain ada yang di punggung, tangan atau paha. Sangat bervariasi," ujarnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.8727 seconds (0.1#10.140)