KH. Tolchah Hasan Wafat, Indonesia Kehilangan Penjuang Toleransi

Rabu, 29 Mei 2019 - 16:54 WIB
KH. Tolchah Hasan Wafat, Indonesia Kehilangan Penjuang Toleransi
Para pelayat menggotong jenazah KH. Tolchah Hasan di kamar jenazah Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang. Foto/SINDOnews/Yuswantoro
A A A
MALANG - Indonesia kembali berduka. Tokoh pejuang toleransi, yang sangat peduli terhadap pendidikan dan kesehatan, KH. Tolchah Hasan wafat, Rabu (29/5/2019).

"Innalillahi wainna ilaihirajiun, telah wafat KH. Tolchah Hasan, pada Rabu (29/5/2019) pukul 14.10 WIB. Semoga khusnul khotimah," pesan berantai ini, menggema di semua grup dan media sosial.

Kyai sederhana, yang pernah menjabat Menteri Agama di era kepemimpinan Presiden KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tersebut, meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang, selama dua minggu.

"Bapak meninggal dunia, setelah menderita penyakit metabolik dan kanker pencernaan. Penyakit metabolik sudah lama diderita, dan dalam dua minggu terakhir kondisi kesehatannya terus menurun," ujar Hardardi Airlangga, yang merupakan anak menantu KH. Tolchah Hasan.

Hardardi yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Malang (Unisma) tersebut mengungkapkan, sekitar satu minggu yang lalu almarhum sempat keluar dari ruang ICU dan dirawat di kamar perawatan biasa. Tetapi, kemudian kondisi kesehatannya kembali menurun dan akhirnya meninggal dunia.

KH. Tolchah Hasan Wafat, Indonesia Kehilangan Penjuang Toleransi


Selama hidupnya, almarhum banyak mengabdikan diri untuk mengembangkan pendidikan dan kesehatan. Termasuk menjadi salah satu pemrakarsa berdirisnya Masjid Sabillilah, dan Yayasan Sabillah, serta Unisma. Bahkan, almarhum juga pernah menjabat sebagai Rektor Unisma.

Hingga saat ini, almarhum juga masih aktif sebagai Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Di PBNU almarhum menjabat sebagai Mustasyar. Banyak karya pemikirannya, yang sudah dibukukan dan menjadi referensi tentang Islam Rahmatan Llil Alamin, yakni Islam yang membawa berkah bagi semua.

Rektor Unisma, Masykuri yang turut hadir menunggui jenaah di RSSA Malang, mengaku sangat kehilangan tokoh pendidikan, tokoh kesehatan, dan tokoh toleransi. "Beliau pemikir yang luar biasa, dan selalu memberikan solusi bagi setiap persoalan yang terjadi," tuturnya.

Maskuri juga mengaku, KH. Tolchah Hasan merupakan sosok panutan yang sangat sederhana dalam menjalani hidup. "Beliau mengajarkan kepada kita semua tentang kesederhanaan, toleransi, dan mengabdikan diri seutuhnya untuk kemanusiaan," ungkapnya.

Jenazah dari RSSA Malang, langsung disemayamkan ke Kampus Unisma. Kemudian, akan dibawa ke Masjid Sabillilah untuk disholatkan. "Dari Masjid Sabillilah akan dibawa ke Singosari, untuk dimakamkan di makam keluarga yang ada di Pondok Pesantren Bungkuk, setelah sholat taraweh," ujar Masykuri.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.4863 seconds (0.1#10.140)