Putin Minta Parlemen Setujui Rusia Keluar dari Pakta Senjata Nuklir

Jum'at, 31 Mei 2019 - 04:40 WIB
Putin Minta Parlemen Setujui Rusia Keluar dari Pakta Senjata Nuklir
Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto/Istimewa
A A A
MOSKOW - Presiden Vladimir Putin meminta parlemen Rusia menyetujui rancangan undang-undang (RUU) yang secara resmi menarik Rusia dari pakta kontrol senjata nuklir dengan Amerika Serikat (AS).

Perjanjian yang bernama resmi Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) Treaty 1987 ini telah menjadi landasan keamanan global sejak perang dingin.

AS telah menangguhkan keikutsertaan dalam Pakta INF 1987 pada Februari lalu setelah menuduh Rusia mengembangkan rudal yang dilarang dalam perjanjian itu. Rusia segera mengikuti langkah Amerika, tetapi membantah bahwa Moskow telah melanggar perjanjian.

Putin mengajukan RUU ke Duma—majelis rendah parlemen Rusia—pada hari Kamis yang akan mengabadikan penarikan Rusia dari perjanjian INF secara legal. Ketua Duma Vyacheslav Volodin mengatakan para anggota parlemen akan memulai proses persetujuan pada tanggal 18 Juni ketika debat pertama dari tiga debat yang disyaratkan akan dilakukan.

Valentina Matvienko, ketua Dewan Federasi—majelis tinggi parlemen—mendesak anggota parlemen untuk mengadopsi rancangan undang-undang tersebut tanpa penundaan. "Rusia tidak berusaha untuk mematikan INF, dan tidak punya pilihan selain bereaksi terhadap kondisi yang dikenakan pada kami," kata dia, seperti dikutip Irish Times, Jumat (31/5/2019).

Ketika AS menarik diri dari INF, Putin berjanji bahwa Rusia akan mulai membangun senjata yang sebelumnya dilarang di bawah perjanjian itu. Namun, senjata itu tidak akan dikerahkan kecuali Amerika melakukannya terlebih dahulu.

Putin mengatakan, Rusia ingin menghindari perlombaan senjata nuklir yang mahal dan terbuka untuk menegosiasikan sengketa kontrol senjata dengan AS demi kepentingan stabilitas strategis global.

Jika disetujui, draft RUU yang diajukan ke parlemen pada hari Kamis akan memberi presiden Putin kekuatan untuk menghidupkan kembali INF jika perlu. Itu menandakan bahwa Putin masih terbuka untuk kompromi.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan, perjanjian kontrol senjata nuklir yang baru harus merangkul negara berkekuatan nuklir lain seperti China. Namun, Beijing telah menolak ikut perjanjian itu.

Nasib Pakta INF 1987 diperkirakan akan menjadi agenda pembicaraan ketika Putin bertemu dengan Trump di forum KTT G-20 di Osaka, Jepang, pada 28 dan 29 Juni mendatang. Rusia dan AS juga perlu membahas masa depan perjanjian pengurangan senjata strategis atau New-START yang akan berakhir pada 2021. Perjanjian New-START membatasi pengembangan rudal balistik.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9366 seconds (0.1#10.140)