Selama Ramadhan, Pola Hidup Seperempat Penduduk Dunia Berubah

Jum'at, 31 Mei 2019 - 07:35 WIB
Selama Ramadhan, Pola Hidup Seperempat Penduduk Dunia Berubah
Country Manager Zebra Technologies-Indonesia, Ben Marvin Tan. Foto/Istimewa.
A A A
SURABAYA - Selama bulan suci Ramadhan, gaya dan pola hidup sekitar seperempat penduduk dunia berubah seiring keluarga-keluarga berkumpul bersama untuk menjalani ibadah Ramadhan.

Pola ini termasuk kebiasaan berbelanja, baik berbelanja langsung di toko maupun onlineuntuk membeli bahan makanan, pakaian, hadiah, atau tiket bepergian.

Bulan Ramadhan merupakan periode perdagangan penting setiap tahunnya bagi sebagian besar pebisnis ritel di Indonesia, namun juga menantang karena tingginya tingkat aktivitas berbelanja.

Riset yang dilakukan Criteo mengungkapkan, kinerja penjualan online yang kuat di Indonesia cenderung mengalami lonjakan menjelang dan selama Ramadhan tahun lalu, tepatnya pada 15 Mei-14 Juni 2018.

Bahkan, penjualannya meningkat sebesar 105% selama berada di puncak penjualan pada 5 Juni 2018. Biasanya, penjualan cenderung meningkat 10 hari menjelang Ramadhan dan bertahan hingga dua minggu sebelum Idul Fitri, yang menandai berakhirnya bulan Ramadhan.

Sementara aktivitas belanja di wilayah Timur Tengah dimulai pada awal Ramadhan dan mulai melambat mendekati Idul Fitri, karena mereka fokus pada perayaan hari raya tersebut. Penjualan ritel online melonjak lebih awal, dengan kenaikan mencapai 106 persen pada pekan kedua Ramadhan tahun lalu.

Serupa dengan Indonesia, perilaku belanja warga Turki selama Ramadhan, dengan penjualan ritel online mencapai puncaknya. Yakni naik hingga 51% pada minggu-minggu menjelang hari raya Idul Fitri, dan meningkat menjadi 63% dalam jumlah pemesanan setelah bulan suci Ramadhan.

Semua peningkatan aktivitas ritel ini memberikan peluang bagi para pengecer untuk secara luas mempromosikan pendekatan omnichannel guna mengoptimalkan penjualan dan menggunakan banyak pilihan demi kemudahan pembayaran (pengiriman dengan pembayaran tunai mendominasi di negara-negara di Timur Tengah). Termasuk opsi yang sangat penting untuk membeli dan membayar dengan menggunakan smartphone di segala transaksi.

Lonjakan ritel ini semakin menekankan perlunya pengalaman berbelanja yang dipersonalisasi guna memenuhi pertumbuhan ekspektasi pembeli, baik di toko maupun online, sementara mitra rantai pasokan dan pegawai lini depan juga harus mengelola peningkatan permintaan ini. Ekonomi on-demandmenciptakan ekspektasi pembelanja yang lebih tinggi lagi sehingga semakin menambah tuntutan terhadap para pengusaha ritel selama periode ini.

Konsumen 'yang selalu terhubung' memiliki ekspektasi yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Harapan ini termasuk menginginkan opsi pembelian dan pengiriman terbaru, pengiriman yang lebih cepat dan pengalaman online yang lancar.

Sementara Studi Zebra's Global Shoppers menunjukkan bahwa dua pertiga (66%) dari pegawai toko yang disurvei meyakini bahwa jika mereka diperlengkapi dengan tablet. Mereka dapat memberikan layanan pelanggan yang lebih baik dan meningkatkan pengalaman berbelanja.

Dengan keadaan kurangnya pegawai yang menjadi kendala umum dan banyaknya karyawan yang dibebani terlalu banyak tugas, karyawan toko merasa frustrasi dengan ketidakmampuan mereka dalam membantu para pelanggan.

Sebagian besar pengambil keputusan di industri ritel yang disurvei (83%) dan pegawai toko (74%) sepakat bahwa pembeli dapat merasakan pengalaman yang lebih baik jika mereka dilayani oleh pegawai toko yang diperlengkapi dengan teknologi. Para pembeli pun setuju; lebih dari setengah pembeli (51%) meyakini bahwa mereka lebih terhubung dengan smartphone mereka daripada dengan pegawai toko.

Sedangkan para pebisnis ritel, menurut Country Manager Zebra Technologies-Indonesia, Ben Marvin Tan, lebih banyak berinvestasi di ranah teknologi edge guna mengatasi kesenjangan ini sehingga meningkatkan pengeluaran untuk komputer mobile genggam dan tablet tahan banting dalam kurun waktu tiga tahun ke depan.

"Demi mengantisipasi banyaknya aktivitas belanja yang akan terjadi secara online, para pengecer dan penyedia logistik telah dengan cepat meningkatkan penawaran pengiriman mereka. Konsumen tidak mau mengambil risiko hilangnya pengiriman langsung ke rumah sehingga pengiriman click and collect diperkirakan akan meningkat," kata dia.

Banyak pengusaha ritel tradisional mendorong pengiriman “click and collect” berbasis toko melalui pengambilan di toko yang gratis atau lebih murah guna mendorong penjualan tambahan.

Pebisnis ritel, kata Ben, juga berfokus pada strategi baru, yakni, 'pengiriman dari toko', yang menggunakan lokasi toko mereka untuk berfungsi ganda sebagai pusat fulfillment online untuk pengiriman dan pengembalian e-commerce.

”Studi Future of Fulfillment Vision yang dilakukan oleh Zebra Technologies menemukan 76% pengusaha ritel saat ini menggunakan inventaris toko untuk memenuhi pesanan online. Enam dari 10 memperkirakan jumlah itu akan terus bertumbuh dan diperkirakan 96% pengecer akan mendedikasikan pusat fulfillment untuk pesanan online di tahun 2028,” kata Ben.

Dengan meningkatnya ekspektasi pelanggan untuk pengiriman di hari yang sama dan bahkan dalam kurun waktu dua jam, memenuhi pesanan digital dari lokasi penjualan offline merupakan satu strategi yang mulai dilakukan oleh pelaku ritel. "Langkah ini akan segera menjadi syarat keberhasilan utama," kata dia.

Studi Global Shoppers dari Zebra menunjukkan bahwa lebih dari tiga perempat (76%) pembuat keputusan ritel setuju bahwa menerima dan/atau mengelola pengembalian pesanan online merupakan tantangan yang signifikan. Pertumbuhan e-commerce juga telah menyebabkan peningkatan volume pengembalian global dari USD400 miliar menjadi USD1,8 triliun di Amerika Serikat yang mendorong biaya ritel yang lebih tinggi.

Guna mengatasi hal tersebut, hampir setengah dari pengecer (48%) telah menawarkan pengiriman pengembalian gratis dan sebanyak 27% berencana untuk menawarkan pengembalian ini di tahun 2019.

Pengembalian adalah peluang peningkatan layanan bagi pengusaha ritel: kurang dari seperempat pembuat keputusan (22%) mengatakan bahwa perusahaan mereka sangat berpengalaman dalam mengelola pengembalian.

Tidak diragukan lagi bahwa meningkatnya permintaan konsumen dan kompleksitas ritel omnichannel telah menjadikan rantai pasokan lebih menantang dari sebelumnya. Terlebih lagi dengan puncak permintaan yang sangat besar seperti di bulan Ramadan, ada banyak hal yang perlu direncanakan oleh pebisnis ritel dan perusahaan logistik.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7398 seconds (0.1#10.140)