Suhu Politik Pasca Pilpres Memanas, Bisnis Kuliner Kena Imbas

Jum'at, 31 Mei 2019 - 11:26 WIB
Suhu Politik Pasca Pilpres Memanas, Bisnis Kuliner Kena Imbas
Bisnis makanan dan minuman atau kuliner turun hingga 20% menyusul memanasnya suhu politik selama dan pasca Pilpres 2019. Foto/SINDOnews/Dok
A A A
SURABAYA - Bisnis makanan dan minuman atau kuliner turun hingga 20% menyusul memanasnya suhu politik selama dan pasca Pilpres 2019.

Selama dua bulan terakhir ini, sebagian masyarakat enggan untuk keluar rumah untuk menikmati kuliner lantaran khawatir terjadi kerusuhan. Salah satunya dipicu aksi 22 Mei.

Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jatim Tjahjono Haryono mengakui isu kerusuhan banyak muncul di Jakarta. Namun isu tersebut melebar dan merambah Surabaya. Banyak warga Surabaya akhirnya terpaksa memesan makanan dan minuman via aplikasi online.

“Dengan adanya libur Lebaran yang sampai dua minggu, saya harap bisnis kuliner bisa kembali bergairah,” kata dia, Jum’at (31/5/2019).

Tjahjo mengatakan, dalam dua minggu terakhir ini, sudah mulai terasa peningkatan jumlah pengunjung di restoran dan kafe di Surabaya. Bahkan, restoran yang ada di hotel-hotel juga mengalami peningkatan.

Saat ini, kata dia, sudah ada pergeseran tren dimana masyarakat mulai gemar berbuka puasa di hotel. Selain itu, berbuka puasa di restoran juga sudah mulai banyak. "Kami optimistis selama libur Lebaran ini kinerja bisnis kuliner bisa tumbuh hingga 30%. Apalagi sekarang banyak warga yang memanfaatkan libur Lebaran dengan makan-makan," kata dia.

Jumlah pengusaha kafe dan restoran, lanjut dia, terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2018, jumlah pengusaha kuliner naik 20% dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi yang sama juga akan terjadi pada tahun ini. Para pengusaha tersebut hadir dengan banyak inovasi, terutama menu yang disajikan dan interior kafe yang unik. “Banyaknya resto dan kafe baru ini terkait dengan gaya hidup,” ujar dia.

Menurut dia, gaya hidup modern dan aktif di jejaring sosial juga menjadi salah satu faktor yang mendorong usaha kuliner berkembang. Lewat media sosial, promosi bisa dilakukan dengan tepat dan cepat. Faktor lainnya, infrastruktur yang mumpuni serta pemerintah kota yang sangat kooperatif dengan mempermudah perizinan pendirian usaha baru. "Apalagi dengan adanya tol, orang akan dengan mudah ingin mencicipi makanan khas daerah. Misalnya orang Surabaya ke Madiun atau sebaliknya," kata dia.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7725 seconds (0.1#10.140)