Sepenggal Cerita di Telaga Biru Lereng Gunung Kawi

Sabtu, 08 Juni 2019 - 17:42 WIB
Sepenggal Cerita di Telaga Biru Lereng Gunung Kawi
Kawasan Telaga Rambut Monte di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, menyajikan keindahan alam yang luar biasa. Foto/SINDOnews/Yuswantoro
A A A
BLITAR - Menyusuri lereng barat Gunung Kawi, menemukan kesegaran khas pegunungan, dan keramahan warga desa. Hutan pinus, terhampar hijau di antara celah-celah bukit.

Di antara kabut tipis yang mulai turun, saat senja mulai menyapa. Langkah kaki terhenti di antara pohon-pohon pinus menjulang tinggi, memagari telaga berair biru jernih.

Ikan-ikan besar, berenang tenang di tengah telaga. Mengitari sumber air di tengah telaga. Jernihnya air, membuat mata telanjang bisa menyaksikan langsung gerakan sumber air yang bergelora menerobos pasir-pasir di dasar telaga.

Telaga berair biru itu, berada di tengah hutan pinus di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar. Tepat di lereng Gunung Buthak, yang menjadi bagian dari deretan Pegunungan Kawi.

Airnya yang jernih, sangat menyegarkan. Di tambah angin lembah yang bertiup di antara pohon pinus yang berdiri menjulang. Selain ikan besar-besar berwarna hitam, di dalam air telaga berarir jernih itu juga melintang batang kayu besar, yang sudah puluhan tahun terendam dan tidak pernah rusak.

Sepenggal Cerita di Telaga Biru Lereng Gunung Kawi


Ikan-ikan hitam di telaga itu, banyak disebut masyarakat sebagai Ikan Sengkaring. Bentuknya lebih mirik ikan paus, tetapi berukuran jauh lebih kecil. Panjang tubuh ikan-ikan tersebut, sekitar 50 cm.

Pengunjung yang datang ke Rambut Monte, biasanya membeli kacang atom atau pilus di warung yang ada di tepi telaga. Kacang atom atau pilus biasa dilempar ke tengah telaga, dan langsung disantap ikan-ikan besar di air tawar itu.

"Biasanya orang-orang akan beli kacang atom atau pilus di sini. Ikan-ikan itu memang biasa makan kacang atom atau pilus dari pengunjung," ujar Siti (54), salah satu pedagang yang biasa berjualan di Telaga Rambut Monte.

Atraksi ikan-ikan besar menyambar kacang atom atau pilus tersebut, menjadi atraksi yang cukup menarik bagi para pengunjung. Air telaga akan bergelombang, ketika ikan-ikan itu berebut kacang yang mengambang di permukaan air telaga.

Gemercik air, dan gelombang kecil dari gerakan ikan yang menyambar kacang, sangat jelas terdengar di antara suasana hening lingkungan sekitar telaga. Menurut penjaga Telaga Rambut Monte, Ponijan, ikan-ikan di dalam telaga jumlahnya tidak pernah berkurang.

Sepenggal Cerita di Telaga Biru Lereng Gunung Kawi


"Kadang kala memang ada ikan yang mati, tetapi jumlah ikannya tidak pernah berkurang sedikitpun. Setiap waktu ikan yang berada di dalam telaga juga sebanyak itu," ungkapnya.

Tepat di atas telaga, berdiri sebuah candi berbahan batu andesit. Candi berbentuk persegi empat, dengan panjang 292 cm, lebar 296 cm dan tinggi 85 cm.

Terdapat tangga naik di sisi barat candi, sayangnya candi tersebut tinggal menyisakan bagian kaki dan tubuhnya saja, sementara bagian puncak candi sudah runtuh dan rusak.

Menurut Ponijan, sumber air di Telaga Rambut Monte sudah ada sejak era Majapahit. "Katanya, keberadaan sumber air itu hampir bersamaan dengan adanya Candi Rambut Monte. Nama Rambut Monte sendiri, kabarnya hanya nama samaran dari Prabu Boko," ungkapnya.

Nuansa magis di kawasan Telaga Rambut Monte, hingga kini masih dipercaya oleh masyarakat sekitar. Bahkan, meski airnya jernih dan tenang, pengunjung dilarang keras untuk mandi di dalam telaga, maupun mengambil ikannya.

Sepenggal Cerita di Telaga Biru Lereng Gunung Kawi


Ponijan mengaku, ada kepercayaan dari masyarakat secara turun-temurun, bahwa telaga tersebut ada "penjaganya". Kalau sang penjaga tidak berkenan, maka yang mandi di telaga itu bisa celaka.

Bahkan, bangunan gazebo yang dibangun di tepi telaga tersebut akhirnya hancur tertimpa pohon besar, tidak lama setelah gazebo itu dibangun dengan tujuan tempat berswafoto bagi wisatawan. Hingga kini, gazebo itu dibiarkan begitu saja.

Pada masa perang kemerdekaan, pasukan Jepang juga pernah membangun goa pertahanan di perbukitan yang ada di atas telaga. Hingga kini, goa pertahanan itu masih tersimpan rapat di antara rerimbunan belukar hutan.

Terlepas dari berbagai misteri yang menyelimutinya, namun telaga ini telah menjadi sumber kehidupan. Airnya telah mengaliri ribuan hektar sawah, dan menopang hidup banyak manusia.

Telaga Rambut Monte, masih menyisakan penggalan-penggalan cerita. Alamnya yang indah, juga menjadi bagian cerita perjalanan yang tidak terlupakan bagi setiap pengunjungnya. Cerita tentang kedamaian, dan keselarasan hidup antara manusia dengan alamnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.0795 seconds (0.1#10.140)