Tujuh Anak Berkebutuhan Khusus Dikirim ke Liverpool, Ada Apa?

Selasa, 18 Juni 2019 - 09:00 WIB
Tujuh Anak Berkebutuhan Khusus Dikirim ke Liverpool, Ada Apa?
Para Anak Berkebutuhan Khusus berangkat ke Liverpool Inggris untuk belajar mandiri dan kemampuan lainnya.Foto/ist
A A A
SURABAYA - Sebanyak tujuh Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dari Surabaya dikirim ke Liverpool Inggris, Senin (17/6/2019) malam.

Mereka akan mengikuti Pelatihan Pendidikan di ST. Vincent’s School Liverpool, Inggris selama enam Minggu. Anak berkebutuhan khusus tersebut, diberangkatkan ke Liverpool untuk belajar supaya ke depan bisa hidup mandiri.

Salah satu anak berkebutuhan khusus yang ikut dalam program pelatihan ini adalah Muhammad Hilbram. Dirinya merasa deg-degan, namun Hilbram mengaku sangat antusias mengikuti pendidikan di ST. Vincent’s School tersebut. Terlebih, ia baru pertama kali ini ke luar negeri, karena itu Hilbram merasa senang bisa terpilih diantara keenam temannya tersebut.

“Senang tapi deg-degan juga, di sana saya ingin belajar banyak tentang IT dan memperdalam musik,” kata Hilbram yang jago bermain piano dan saxophone ini.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menuturkan, para anak berkebutuhan khusus itu berangkat bersama para pendampingnya.

Ia pun meminta para orang tua agar mempercayakan anaknya kepada pendamping. Sehingga para orang tua tidak merasa cemas berlebihan, sebab anak-anak di sana berlatih dan berusaha untuk belajar hidup mandiri.

“Kalau semuanya ikhlas dan percaya, anak-anak di sana belajarnya akan tenang. Para pendamping terus berkomunikasi,” kata Risma.

Mantan Kepala Bappeko Surabaya itu menambahkan, delapan pendamping dan tujuh siswa yang berangkat itu terpilih berdasarkan prestasi musik dan olahraga dari beberapa sekolah di Surabaya.

Seperti siswa asal SMP Negeri 7 Surabaya Rahul N, SD Negeri Sidotopo Wetan Melinda Putri, Rizky Nova SD Negeri Pacarkeling, Early P SD Negeri Tambaksari, Firmansyah SD Negeri Klampis, Reva G dan Muhammad Hilbram dari SLB A YPAB.

Risma sendiri memilih ST. Vincent’s School di Kota Liverpool karena sekolah tertua di Eropa. Ia pun memastikan kualitas pendidikan di sekolah tersebut sudah tidak perlu diragukan lagi. “Di sana guru-gurunya sudah profesor semua, bahkan untuk menangani murid setara SD sampai SMA juga profesor,” imbuhnya.

Risma memastikan, selama enam minggu belajar di ST. Vincent’s School mereka tak perlu mengeluarkan biaya sepersen pun. Sebab, untuk biaya hidup sehari-hari dan transport sudah ditanggung oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Sedangkan untuk biaya sekolah dan tempat tinggal disediakan oleh Pemkot Liverpool.

“Selama di sana kita tidak bayar. nanti saya bawakan juga magic com, abon, dan jaket tebal, saya kirim ke bandara. Mereka akan belajar banyak sekali, di sana juga banyak fasilitas-fasilitas untuk menumbuhkan jiwa kemandirian,” jelasnya.

Presiden United Cities and Local Government (UCLG) Asia Pasific (Aspac) ini menambahkan ketujuh anak tersebut dipilih berdasarkan kualifikasi dan penilaian tertentu. Mereka di Liverpoool akan belajar lebih mandiri.

“Kalau di sini kan masih ada petunjuk-petunjuk kalau di sana tidak ada sama sekali malahan. Mereka diajarkan mandiri hidup seperti orang kondisi normal,” katanya.
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.4444 seconds (0.1#10.140)