Dewan HAM PBB Serukan Penyelidikan Kematian Morsi
A
A
A
JENEWA - Dewan HAM PBB menyerukan digelarnya penyelidikan independen terhadap kematian mantan Presiden Mesir, Mohamed Morsi.
Sebelumnya, Morsi mengembuskan nafas terakhirnya saat mengikuti sidang di pengadilan Mesir.
Juru bicara Komisaris Tinggi HAM PBB, Rupert Colville, mengatakan, setiap adanya kematian mendadak seorang tahanan, harus diselidiki dengan seksama, untuk mengetahui penyebab kematiannya.
"Setiap kematian mendadak dalam tahanan harus diikuti oleh penyelidikan yang cepat, tidak memihak, menyeluruh, dan transparan yang dilakukan oleh badan independen untuk mengklarifikasi penyebab kematian," kata Colville, seperti dilansir Anadolu Agency pada Rabu (19/6/2019).
Morsi, anggota terkemuka Ikhwanul Muslimin, memenangkan pemilihan presiden secara demokratis pertama Mesir pada 2012. Namun, setelah hanya satu tahun menjabat, dia digulingkan dan dipenjara dalam kudeta militer berdarah yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan saat itu dan saat ini menjadi Presiden, Abdel Fattah el-Sisi.
Pada saat kematiannya, Morsi menghadapi sejumlah tuntutan hukum, yang menurutnya, bersama sejumlah kelompok HAM dan pengamat independen, bermotivasi politis.
Sementara itu, sebelumnya Presiden Turki, Recep Tayyep Erdogan mengaku curiga akan penyebab kematian Morsi. Dalam pandanganya, kematian Morsi tidaklah normal.
"Apakah itu kematian normal, atau ada beberapa elemen lain yang terlibat, ini (kematian Morsi) mencurigakan. Secara pribadi, saya tidak percaya bahwa itu adalah kematian normal," kata Erdogan.
Sebelumnya, Morsi mengembuskan nafas terakhirnya saat mengikuti sidang di pengadilan Mesir.
Juru bicara Komisaris Tinggi HAM PBB, Rupert Colville, mengatakan, setiap adanya kematian mendadak seorang tahanan, harus diselidiki dengan seksama, untuk mengetahui penyebab kematiannya.
"Setiap kematian mendadak dalam tahanan harus diikuti oleh penyelidikan yang cepat, tidak memihak, menyeluruh, dan transparan yang dilakukan oleh badan independen untuk mengklarifikasi penyebab kematian," kata Colville, seperti dilansir Anadolu Agency pada Rabu (19/6/2019).
Morsi, anggota terkemuka Ikhwanul Muslimin, memenangkan pemilihan presiden secara demokratis pertama Mesir pada 2012. Namun, setelah hanya satu tahun menjabat, dia digulingkan dan dipenjara dalam kudeta militer berdarah yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan saat itu dan saat ini menjadi Presiden, Abdel Fattah el-Sisi.
Pada saat kematiannya, Morsi menghadapi sejumlah tuntutan hukum, yang menurutnya, bersama sejumlah kelompok HAM dan pengamat independen, bermotivasi politis.
Sementara itu, sebelumnya Presiden Turki, Recep Tayyep Erdogan mengaku curiga akan penyebab kematian Morsi. Dalam pandanganya, kematian Morsi tidaklah normal.
"Apakah itu kematian normal, atau ada beberapa elemen lain yang terlibat, ini (kematian Morsi) mencurigakan. Secara pribadi, saya tidak percaya bahwa itu adalah kematian normal," kata Erdogan.
(nth)