Mahasiswa FK UB, Olah Daun Pohon Beringin Jadi Obat Luka Diabetes
A
A
A
MALANG - Tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya (UB) Malang, membuat inovasi yang sangat dibutuhkan untuk penyembuhan luka penderita diabetes.
Para mahasiswa kreatif tersebut adalah, Bigy Nuuron Dana, Agung Dwi Krisnayana, dan Nadya Cira Saputri. Mereka menciptakan salep yang diberi nama Fredom.
"Salep ini berbahan baku daun pohon beringin, yang diekstrak secara khusus untuk menjadi obat luka para penderita diabetes," ujar Bigy, Selasa (25/6/2019)
Luka pada penderita diabetes menjadi perhatian ketiga mahasiswa ini, karena berdasarkan data Kementrian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2017, delapan dari 10 penderita diabetes yang mengalami luka akan berujung pada tindakan amputasi.
Daun beringin yang dipilih, diakuinya berasal dari India, tetapi banyak tumbuh subur di Indonesia. "Daunnya mengandung alkaloid, triterpenoid, glycosides, dan tanin, yang bisa diolah menjadi anti microbial, analgesic, antioxidant, cytostatic, dan immune inducer," tuturnya.
Proses penelitia dan uji coba produk ini, diakuinya memakan waktu selama dua bulan. Setelah itu diuji cobakan pada tikus. Dalam 12 hari masa uji coba, luka tikus seluas 9 cm persegi, bisa berkurang menjadi 2,25 cm persegi.
"Uji coba masih dilakukan pada tikus. Tentunya akan kami kembangkan terus penelitiannya, sehingga diharapkan bisa digunakan untuk menusia. Selama ini luka pada penderita diabetes, sangat sulit disembuhkan," tuturnya.
Para mahasiswa kreatif tersebut adalah, Bigy Nuuron Dana, Agung Dwi Krisnayana, dan Nadya Cira Saputri. Mereka menciptakan salep yang diberi nama Fredom.
"Salep ini berbahan baku daun pohon beringin, yang diekstrak secara khusus untuk menjadi obat luka para penderita diabetes," ujar Bigy, Selasa (25/6/2019)
Luka pada penderita diabetes menjadi perhatian ketiga mahasiswa ini, karena berdasarkan data Kementrian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2017, delapan dari 10 penderita diabetes yang mengalami luka akan berujung pada tindakan amputasi.
Daun beringin yang dipilih, diakuinya berasal dari India, tetapi banyak tumbuh subur di Indonesia. "Daunnya mengandung alkaloid, triterpenoid, glycosides, dan tanin, yang bisa diolah menjadi anti microbial, analgesic, antioxidant, cytostatic, dan immune inducer," tuturnya.
Proses penelitia dan uji coba produk ini, diakuinya memakan waktu selama dua bulan. Setelah itu diuji cobakan pada tikus. Dalam 12 hari masa uji coba, luka tikus seluas 9 cm persegi, bisa berkurang menjadi 2,25 cm persegi.
"Uji coba masih dilakukan pada tikus. Tentunya akan kami kembangkan terus penelitiannya, sehingga diharapkan bisa digunakan untuk menusia. Selama ini luka pada penderita diabetes, sangat sulit disembuhkan," tuturnya.
(eyt)