Usai Dilatih Membatik, Peserta Diajak Belajar Kelola Bisnis Batik

Kamis, 27 Juni 2019 - 16:37 WIB
Usai Dilatih Membatik, Peserta Diajak Belajar Kelola Bisnis Batik
Peserta pelatihan batik inklusif Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Malang, berkunjung ke sentra batik Kota Probolinggo. Foto/Ist.
A A A
MALANG - Usai memberikan pelatihan, Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Malang, langsung bergerak cepat untuk mengajak para peserta pelatihan belajar berbisnis batik.

Dinas di bawah komando Yoyok Wardoyo mengajak sekitar 50 peserta pelatihan batik inklusif ke salah satu sentra produksi batik di Kota Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (27/6/2019).

Batik Trinil 36 yang dimiliki oleh Wiyono ini merupakan salah satu sentra batik yang ada di Kota Probolinggo. Keunggulan batik yang diproduksi di tempat ini adalah menggunakan pewarnaan alam. Berasal dari daun dan bunga yang biasa ditemukan di lingkungan sekitar.

Kepala Seksi Pelatihan dan Produktivitas Disnaker Kabupaten Malang, Lilik Faridah menjelaskan, tujuan studi banding ke Batik Trinil 36 ini, agar para peserta pelatihan batik yang juga berasal dari disabilitas tidak hanya mendapatkan teori dan bekal pelatihan di Kabupaten Malang saja. Namun juga mendapatkan ilmu dari sentra produksi batik lainnya.

"Kami mengajak peserta pelatihan batik inklusif agar belajar dengan lebih dekat proses pembuatan batik dengan pewarnaan alami. Keunggulan inilah yang membuat kami melakukan studi banding ke sini," benernya.

Selain itu, lanjut Lilik, kunjungan ke sini juga untuk mematangkan kerjasama antara Disnaker, LPK Ganesha sebagai lembaga pelatihan batik serta sentra produksi batik. Pasalnya, usai pelatihan beberapa waktu lalu, telah terjalin kerjasama pemberdayaan peserta pelatihan. Kerjasama ini ditanda tangani langsung oleh Kadisnaker Kabupaten Malang.

"Kami kerjasama dengan tiga pengusaha batik. Salah satunya dengan Pak Wiyono ini. Polanya, pengusaha memberikan pekerjaan kepada peserta pelatihan agar mereka membatik. Alat dan bahan dari pengusaha, kemudian hasil membatiknya diserahkan kepada pengusaha sementara pembatik mendapatkan penghasilan dari kegiatan itu. Dengan begini diharapkan bisa mengentaskan pengangguran," tandas Lilik.

Sementara itu, penanggung jawab LPK Ganesha, Naila Chamidah menilai kunjungan peserta batik ke Probolinggo ini bermanfaat bagi peserta pelatihan. Karena, dengan begini para peserta bisa belajar secara langsung mengenai batik warna alam.

Chamidah mengusulkan, agar Disnaker juga memberikan pelatihan batik dengan warna alam. Karena saat pelatihan beberapa waktu lalu, materi yang diberikan adalah batik dengan pewarnaan sintesis.

"Selain itu peserta lebih bisa tahu style batik Trinil. Sehingga bisa luwes dalam mengerjakan pesanan batik dari Pak Wiyono," tegas dia.

Terpisah, Wiyono menjelaskan, batik warna alam memiliki warna yang lebih elegan. Karena tidak begitu cerah sehingga sisi etniknya semakin muncul. Biasanya, dia gunakan kulit pohon mahoni untuk warna coklat. Kayu secang untuk warna merah muda dan merah. Atau daun turi untuk warna biru.

Selain itu proses batik pewarnaan alam ini juga lebih lama. Semua bahan alami itu direbus selama empat hingga lima jam. Hingga airnya tinggal separuh.

"Misal saat merebus butuh 10 liter air, direbus hingga tinggal lima liter. Proses lainnya sama, pewarnaan alam digunakan saat pencelupan," tutup Wiyono.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 5.8124 seconds (0.1#10.140)