Salah Pola Makan, 13.000 Warga Blitar Berpotensi Diabetes

Kamis, 27 Juni 2019 - 17:38 WIB
Salah Pola Makan, 13.000 Warga Blitar Berpotensi Diabetes
Sebanyak 13.000 warga Kabupaten Blitar terdeteksi berpotensi mengidap penyakit diabetes melitus. Foto/Ilustrasi/Okezone
A A A
BLITAR - Terhitung Januari hingga Mei 2019, sebanyak 13.000 warga Kabupaten Blitar terdeteksi berpotensi mengidap penyakit diabetes melitus (kencing manis).

Angka kasus itu diketahui dari hasil deteksi dini dinas kesehatan melalui puskesmas dan tenaga kader di desa.

"Sampai Mei 2019 mencapai 55% atau sekitar 13.000 orang (berpotensi diabetes)," kata Kepala Seksi (Kasi) Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Muji Astuti kepada wartawan Kamis (27/6/2019).

Dalam pemeriksaan dini diketahui kadar gula darah mereka berada diatas ambang batas normal atau berkecenderungan tinggi. Sebagian besar berada di rentang usia 15-59 tahun.

"Ada yang berusia muda, tapi tidak banyak," kata Muji.

Sebagian besar dipicu faktor gaya hidup, yakni pola makan yang meningkatkan gula darah. Kondisi itu diperparah kurangnya beraktifitas fisik atau olahraga.

Ada juga pasien yang sejak lahir dengan fungsi organ pankreas tidak bekerja sempurna. Karenanya gula darahnya cenderung tinggi. Menurut Muji Astuti, ditemukan juga kasus yang disebabkan keturunan, yakni mereka yang terlahir dari orang tua pengidap diabetes.

Namun meski orang tua diabetes, anaknya tidak selalu tertular. "Kalau seseorang mengidap diabetes bisa jadi orang tuanya juga penderita diabetes. Sedangkan orang tua yang diabetes belum tentu anaknya juga diabetes. Jangan dibalik balik," kata Muji.

Dalam deteksi dini itu juga terungkap bagaimana banyak dari mereka yang tidak tahu berpotensi diabetes. Selain tidak pernah check kesehatan, mereka juga belum merasakan gejala yang muncul. Karena alasan itu, kata Muji pihaknya terus menggencarkan sosialisasi.

Muji menghimbau masyarakat untuk melakukan pemeriksaan dini ke puskesmas. Sebab sesuai prinsip kesehatan bahwa upaya pencegahan lebih baik daripada pengobatan. "Dalam hal ini sosialisasi ke masyarakat terus kami tingkatkan," jelas dia.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3301 seconds (0.1#10.140)