Muhammadiyah: Sikap Legowo Prabowo-Sandi Jadi Keteladanan Bangsa

Jum'at, 28 Juni 2019 - 11:16 WIB
Muhammadiyah: Sikap Legowo Prabowo-Sandi Jadi Keteladanan Bangsa
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Foto/SINDOnews/Dok
A A A
JAKARTA - PP Muhammadiyah menganggap keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) telah menjadi rujukan konstitusional bagi para pihak yang bersengketa dalam pemilu Pilpres dan juga bagi segenap komponen bangsa.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno pun menghormati putusan tersebut. Sehingga hal ini menunjukkan kedewasaan dan kenegarawanan politik sebagai modal berharga dalam kehidupan kebangsaan.

"Karenanya diucapkan selamat kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf atas terpilihnya sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI 2019-2024. Selamat pula kepada Prabowo-Sandi yang menunjukkan sikap legowo menjadi contoh bagi keteladanan politik bangsa," kata Haedar dalam keterangan tertulisnya, Jumat (28/6/2019).

Menurut Haedar, tugas dan tantangan bersama bangsa Indonesia saat ini dan ke depan sangatlah berat di berbagai bidang kehidupan yang memerlukan tekad kesungguhan politik yang tinggi bagi pemegang mandat rakyat lebih dari kemenangan itu sendiri. Indonesia juga memerlukan kebersamaan dari seluruh kekuatan nasional.

Haedar mendesak politik partisan 01 dan 02 sudah berakhir serta tidak perlu diperpanjang dalam isu dan kepentingan apapun, yang ada adalah satu keluarga besar Indonesia.

Dia berharap Presiden dan Wakil Presiden untuk semua dan bukan untuk satu golongan pemilih dan pendukungnya saja. Sehingga harus mengayomi dan menjadi pemimpin seluruh rakyat Indonesia.

Haedar mengatakan, pascakeputusan MK hendaknya seluruh rakyat dan kekuatan bangsa melangkah bersama meraih masa depan Indonesia berkemajuan guna menyelesaikan masalah-masalah besar bangsa guna mewujudkan cita-cita nasional yang kian berat dan penuh tantangan.

Dia mengimbau kepada semua pihak agar tidak perlu euforia dalam kemenangan karena masalah dan tantangan Indonesia sangatlah berat dan kompleks. Jauhi pula keterbelahan bangsa akibat sikap politik yang negatif dan ekses dari pemilu.

"Jangan sampai Indonesia terkaveling-kaveling dalam primordialisme dan pengkutuban politik, agama, dan golongan yang menyebabkan lemahnya persatuan Indonesia," kata dia.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.3221 seconds (0.1#10.140)