Sistem Zonasi Jadi Tantangan Berat Bagi Sekolah Swasta

Sabtu, 29 Juni 2019 - 20:44 WIB
Sistem Zonasi Jadi Tantangan Berat Bagi Sekolah Swasta
Petugas penerima siswa baru memantau angka pendaftar di SMK Ketintang Surabaya, Sabtu (29/6/2019). Foto/SINDONews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Penerapan kebijakan Permendikbud No 51/2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2019 yang memakai sistem zonasi.

Di mana sistem tersebut memprioritaskan domisili calon peserta didik yang terdekat dengan sekolah negeri, menjadi tantangan berat bagi sekolah-sekolah swasta.

Sebelum diterapkannya sistem zonasi, calon peserta didik harus berkompetisi untuk mendapatkan nilai bagus supaya bisa masuk di sekolah negeri.

Saat ini, siapa yang dekat dengan lokasi sekolah yang menang, karena nilai Ujian Nasional (UN) bukan syarat utama untuk menikmati layanan pendidikan di sekolah negeri.

Lantas bagaimana nasib sekolah swasta? sebagian orang beranggapan bahwa sistem zonasi ini menguntungkan bagi sekolah swasta. Namun pada kenyataanya, anggapan tersebut tidaklah seratus persen benar. Justru sebaliknya, sekolah swasta harus berpikir dan berupaya keras untuk menjaring calon peserta didik baru.

Salah satunya yakni SMK Ketintang Surabaya. Sekolah yang berada di Jl. Ketintang No.147-151, Wonokromo, Surabaya ini dikepung sekolah-sekolah negeri seperti SMKN 1, SMKN 6, SMAN 18, SMAN 15 dan SMAN 10.

Lokasi ini tentu tidak menguntungkan bagi SMK Ketintang. Alhasil, pengelola sekolah harus bekerja keras untuk mendapatkan calon siswa.

Sistem Zonasi Jadi Tantangan Berat Bagi Sekolah Swasta


Kepala Sekolah SMK Ketintang Surabaya, Agung Nugroho, mengatakan, untuk menjaring calon peserta didik, pihaknya mengerahkan seluruh tenaga yang ada disekolah untuk mempromosikan sekolah. Guru, karyawan, wali murid, hingga siswa aktif juga turut berusaha mempromosikan sekolah melalui media sosial masing-masing.

"Murid-murid disini kami minta memposting semua kegiatan positif sekolah. Guru-guru juga aktif membuat status untuk mempromosikan sekolah," kata dia saat ditemui di SMK Ketintang Surabaya, sabtu (29/6/2019).

Hal itu dilakukan karena dia sadar bahwa lokasi SMK Ketintang Surabaya dikepung oleh sekolah negeri.

Agung mengungkapkan, tahun lalu sebelum masuk Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), SMK Ketintang berhasil menjaring 540 peserta didik baru. Tapi tahun ini jumlah yang tertampung di SMK Ketintang baru mencapai 58%. Turun sekitar 32% pada gelombang penerimaan yang sama. "Biasanya pada hari-hari seperti ini sudah tertampung semua," ujar dia.

Menurut dia, penurunan jumlah calon peserta didik itu karena adanya perubahan pola, dari danen ke sistem zonasi. Apalagi, saat ini pemerintah provinsi Jawa Timur mengeluarkan kebijakan sekolah gratis.

"Dulu waktu masih berdasarkan danem, anak-anak yang danemnya rendah otomatis berbondong-bondong ke sekolah swasta," kata dia.

Agung mengakui, baru tahun ini sekolahnya mengalami penurunan calon peserta didik baru. Namun, keadaan itu justru tidak membuat SMK Ketintang putus asa. Justru sekolah yang pernah menjadi salah satu SMK swasta terbaik ini terpacu meningkatkan kwalitas peserta didiknya. "Ini saatnya sekolah swasta meningkatkan kwalitasnya," kata dia.

Terkait belum tercapainya target calon peserta didik baru, pihaknya tetap optimis. Dia berharap dalam dua minggu masa akhir pendaftaran ini sudah terpenuhi semua. "Kami masih optimis, swasta harus optimis, terus yakin bahwa nanti pasti terpenuhi semua," kata dia.

Hingga Sabtu (29/6) siang, data pendaftar di SMK Ketintang Surabaya tercatat, jurusan Akuntansi Keuangan dan Lembaga ada 67 pendaftar dari kuota 144 siswa. Jurusan Multimedia 54 pendaftar dari total kuota 69 siswa, Teknik Komputer dan Jaringan 53 pendaftar dari 71 kuota, Bisnis Daring dan Pemasaran 45 pendaftar dari 70 kuota dan jurusan Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran 97 pendaftar dari total 180 siswa.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.9513 seconds (0.1#10.140)