Triwulan I 2019, Penyaluran Kredit UMKM di Jatim Tumbuh 13,26%

Minggu, 30 Juni 2019 - 10:46 WIB
Triwulan I 2019, Penyaluran Kredit UMKM di Jatim Tumbuh 13,26%
Penyaluran kredit untuk UMKM di Jatim tumbuh 13,26% di trirulan pertama 2019. Foto/Ilustrasi
A A A
Kinerja penyaluran kredit UMKM selama triwulan I 2019 tumbuh 13,26 persen dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang sebesar 11,47 persen.

Pertumbuhan kredit UMKM didorong kredit investasi. Sedangkan kredit modal kerja justru melambat.

Berdasarkan kelompok UMKM, peningkatan kredit utamanya terjadl pada kelompok menengah. Sementara berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan kredit UMKM didorong oleh lapangan usaha perdagangan besar dan eceran.

Lapangan usaha ini tumbuh 7,62 persen (yoy) menjadi 10,93 persen (yoy). Lalu penyediaan akomodasi makan minum yang tumbuh 20,90 persen menjadi 23,34 persen.

"Kedua lapangan usaha tersebut pada triwulan | 2019 mengalami peningkatan pertumbuhan pada PDRB Jatim," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jatim, Difi Ahmad Johansyah, Minggu (30/6/2019).

UMKM sebagai salah satu pemasok industri, kata dia, diperkirakan turut terdampak peningkatan aktivitas tersebut. Sehingga mendorong peningkatan kebutuhan kredit. Pangsa kredit UMKM terhadap total penyaluran kredit perbankan sedikit meningkat. Yaitu pada tingkat 26 persen.

Upaya meningkatkan kredit UMKM tercermin dari Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.14/12/PBI/2012, dimana pada tahun 2017 target proporsi kredlt UMKM perbankan adalah 15 persen dan minimal 20 persen di tahun 2018. "Jatim telah mencapai target tersebut dan terus mengalami peningkatan proporsi sejak tahun 2013," tandas Difi.

Sementara itu, terjadi eningkatan resiko kredit macet (NPL), kredit UMKM. Dari 3,28 persen menjadi 3,44 persen. NPL ini didorong oleh NPL kredit modal kerja dari 3,41 persen menjadi 3,7 persen.

Sementara berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan NPL disebabkan oleh lapangan usaha real estate dan konstruksi. Dari sisi suku bunga, kredit UMKM memiliki suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan kredit non UMKM. "Hal tersebut menunjukkan potensi resiko NPL UMKM dinilai lebih tinggi," ujar Difi.

Secara spasial, penyaluran kredit UMKM di kabupaten dan kota di Jatim lebih terdiversifikasi. Lima daerah penyaluran kredit UMKM terbesar hanya mencapai 48,08 persen, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 48,42 persen dan didominasi oleh Kota Surabaya.

Konsentrasi spasial penyaluran kredit UMKM juga Iebih rendah dibandingkan konsentrasi kredit secara umum yang mencapar 64,56 persen. Kondisi ini mencerminkan persebaran UMKM yang memang lebih merata di Jatim.

"Triwulan I 2019, pertumbuhan kredit UMKM tertinggi terjadi di Bangkalan yang mencapai 67,43 persen. Kondisi ini didorong oleh peningkatan kredit modal kerja, khususnya pada sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, dan sektor konstruksi," pungkas Difi.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4020 seconds (0.1#10.140)