Hingga Maret, Ada 4,1 Juta Penduduk di Jatim Dalam Keadaan Miskin

Selasa, 16 Juli 2019 - 12:02 WIB
Hingga Maret, Ada 4,1 Juta Penduduk di Jatim Dalam Keadaan Miskin
Gubernur Jatim, Khofifah Indarparawansa dan Wakil Gubernur Jatim, Emil Dardak, berkomitmen untuk menekan angka kemiskinan. Foto/Dok.SINDOnews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur (Jatim) menunjukkan jumlah penduduk miskin di Jawa Timur (Jatim) hingga Maret 2019 tercatat mencapai 4,1 juta jiwa.

Jumlah penduduk miskin tersebut, mencapai 10,37 persen dari total penduduk Jatim. Jumlah penduduk miskin di Jatim, lebih tinggi dibanding rata-rata nasional yang mencapai 9,41 persen.

Jumlah 4,1 juta penduduk di Jatim yang tergolong miskin itu, mengalami penurunan 179.900 jiwa disbanding September 2018 yang sebesar 4,2 juta.

Sejumlah faktor yang memicu penurunan angka kemiskinan antara lain, selama September 2018-Maret 2019 inflasi hanya 1,39 persen. Selama periode tersebut, sejumlah komoditas mengalami deflasi. Di antaranya, cabai merah, daging sapi, tempe, dan minyak goreng.

"Di sisi lain, upah buruh tanaman pangan naik 3,54 persen," kata Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono, Selasa (16/7/2019).

Dari data BPS menyebutkan, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.

Garis Kemiskinan merupakan harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal per kapita per hari. Kemudian pemenuhan kebutuhan perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan lainnya.

Berdasarkan hasil Susenas, pada periode Maret 2019, garis kemiskinan naik 3,36 persen, setara Rp12.937 per kapita per bulan. Yakni dari Rp384.750 per kapita per bulan pada September 2018, menjadi Rp397.687 per kapita per bulan pada Maret 2019.

Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2018 sebesar 6,97 persen. Angka itu turun menjadi 6,84 persen pada Maret 2019. "Sedangkan persentase penduduk miskin di perdesaan pada September 2018 sebesar 15,21 persen turun menjadi 14,43 persen pada Maret 2019," tandas Teguh.

Garis kemiskinan di perkotaan naik 3,10 persen dan perdesaan naik 3,67 persen. Kenaikan garis kemiskinan tersebut meliputi garis kemiskinan makanan dan bukan makanan.

Komoditi makanan yang berkontribusi pada garis kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama. Komoditi beras yang memberi sumbangan terbesar baik di perkotaan maupun di perdesaan. Lalu rokok kretek filter.

"Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan besar terhadap garis kemiskinan adalah bensin, perumahan, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi," pungkas Teguh.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1014 seconds (0.1#10.140)