UB Diminati Penyandang Disabilitas, 37 Peserta Ikuti SMPD

Rabu, 17 Juli 2019 - 15:03 WIB
UB Diminati Penyandang Disabilitas, 37 Peserta Ikuti SMPD
Para peserta Seleksi Mandiri Penyandang Disabilitas (SMPD) mengikuti ujian di Universitas Brawijaya (UB) Malang. Foto/Ist.
A A A
MALANG - Universitas Brawijaya (UB) Malang, jadi magnet bagi penyandang disabilitas untuk menempuh pendidikan tinggi. Tahun ini, ada 37 penyandang disabilitas mendaftar.

Sebanyak 37 penyandang disabilitas tersebut, mengikuti Seleksi Mandiri Penyandang Disabilitas (SMPD) di UB Malang, yang dilaksanakan selama tiga hari Selasa-Kamis (16-18/7/2019).

Dari jumlah tersebut, sebanyak 15 calon mahasiswa merupakan penyandang bisu tuli, tiga orang disabilitas netra, dan sembilan disabilitas mental.

Pelaksanaan tes dilakukan dibeberapa tempat, antara lain di laboratorium komputer Gedung FIB UB Lantai 7, dan Gedung TIK Kantor Pusat UB lantai 4.

"Seleksi kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Kami juga akan melakukan seleksi untuk program pascasarjana. Saat ini kami baru membuka untuk program sarjana," kata Kabid Humas dan Advokasi Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) UB Malang, Wahyu Widodo.

Dia menambahkan pada hari pertama peserta akan mengikuti tes akademik dan psikotes, kemudian di hari kedua dan ketiga akan diadakan wawancara dengan prodi dan PSLD.

Proses pelaksanaan tes kali ini menggunakan sistem gugur. Jika di tes pertama peserta gugur, maka tidak bisa melanjutkan tes selanjutnya.

Dibandingkan dengan jumlah pendaftar tahun-tahun sebelumnya, pada 2019 ini jumlah pendaftar turun hingga 75%. "Penurunan jumlah pendaftar ini merupakan efek positif dari semakin banyaknya kampus di Indonesia yang menerima mahasiswa dengan disabilitas," terangnya.

Sementara itu, ketua pelaksana tes Alies Poetri Lintangsari mengatakan, untuk tes kali ini tidak perlu membutuhkan banyak pendampingan, karena PSLD sudah menyediakan software khusus bagi penyandang disabilitas tuna netra sehingga mereka bisa mengerjakan soal yang dirupakan dalam bentuk suara.

"Pendampingan ekstra dibutuhkan untuk peserta disabilitas tuli yang harus
diterjemahkan dalam bahasa isyarat," kata Lintang. Selain pelaksanaan tes, kegiatan juga diisi dengan sosialisasi beasiswa penyandang disabilitas.

Alur tahapan beasiswa disabilitas pertama siswa diterima di perguruan tinggi, kemudian perguruan tinggi melakukan seleksi dan verifikasi data pendukung, lalu perguruan tinggi mengusulkan beasiswa difabel ke Ditjen Belmawa untuk verifikasi kuota.

Tahap berikutnya, Ditjen Belmawa kemudian menginformasikan nama-nama yang terseleksi ke perguruan tinggi, dan perguruan tinggi memasukkan nama-nama ke sistem belmawa. Ada beberapa jenis beasiswa yang ditawarkan oleh UB untuk mahasiswa disabilitas, antara lain beasiswa prestasi, PPA, Afirmasi, dan bidikmisi.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.8711 seconds (0.1#10.140)