Apakah Indonesia akan Pecah? Ini Kata Kapolres Lumajang

Rabu, 17 Juli 2019 - 15:07 WIB
Apakah Indonesia akan Pecah? Ini Kata Kapolres Lumajang
Kapolres Lumajang, AKBP Muhammad Arsal Sahban, memberikan wawasan kebangsaan dan cinta tanah air untuk 556 pelajar ddi Yayasan Kyai Syarifudin Wonorejo, Kabupaten Lumajang. Foto/Ist.
A A A
LUMAJANG - Ada pertanyaan menohok saat Kapolres Lumajang, AKBP Muhammad Arsal Sahban memberi pembekalan wawasan kebangsaan dan cinta tanah air di Yayasan Kyai Syarifudin.

Sebanyak 566 pelajar yang bersekolah di yayasan yang ada di Wonorejo, Kecamatan Kedungjajag, Kabupaten Lumajang tersebut, dengan sesakama mengikuti pembekalan tersebut.

Arsal yang juga menyandang gelar doktor bidang hukum bisnis ini menceritakan tentang hebatnya Indonesia, memiliki semboyan "Bhinneka Tunggal Ika”. Sebuah semboyan yang menyatukan bangsa Indonesia walaupun memiliki 1340 suku, 742 bahasa, 4 ras, dan juga agama yang berbeda-beda.

"Uni Soviet, sebuah negara dengan kekuatan ekonomi, politik dan militer yang luar biasa. Bahkan dulunya pernah menjadi salah satu pemegang hegemoni dunia bersama Amerika Serikat. Namun negara super power tersebut saat ini hanyalah tinggal kenangan, karena negara tersebut pecah menjadi 15 negara-negara kecil," terangnya.

Dia kemudian menanyakan kepada para pelajar yang mengikuti pembekalan. Apakah Indonesia akan pecah menjadi beberapa negara atau tidak? jawabanpun beraneka ragam.

Rokhilatur, salah satu siswi menjawab, negara Indonesia akan pecah kalau masyarakatnya masih suka mabuk-mabukan dan menggunakan narkoba.

Selain itu, Ahmad Rendiansyah menjawab, negara Indonesia akan tetap utuh karena ada Bhinneka Tuggal Ika. Jadi walau beda beda agama, suku maupun ras, Indonesia akan tetap utuh.

Menanggapi beragam jawaban tersebut, Arsal pun menjawab, bahwa ada duab faktor penyebab pecahnya sebuah negara, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal tentang membangun kelas menengah. Bila negara didominasi kelas menengah, masyarakatnya akan lebih dewasa dalam memahami demokrasi. Sedangkan negara yg didominasi kelas bawah akan sangat rentan untuk munculnya konflik. Pecahnya sebuah negara biasanya diawali oleh konflik-konflik kecil yang kemudian berkembang menjadi besar.

Dari faktor eksternal yaitu berkaitan dengan hubungan antar negara. Dunia saat ini dikuasai oleh kekuasaan barat yang disebut monopolar. Sehingga bisa memaksakan paham-pahamnya di gunakan oleh negara lain dengan standar negara pemegang hegemoni dunia tersebut. Seperti standar demokrasi, maupun infiltrasi melalui budaya.

Saat Arsal menanyakan tentang Gundala Putra Petir, tidak ada satupun siswa yang tahu. tapi saat menanyakan Batman, semua siswa angkat tangan tanda mengetahui. Ini artinya, infiltrasi budaya barat sangat deras masuk ke Indonesia, padahal Indonesia juga punya super hero dengan nilai-nilai yang lebih mengindonesia.

"Sengaja saya menanyakan pertanyaan yang sensistif kepada generasi muda kita ini, supaya mereka mulai berpikir tentang situasi yang kita hadapi saat ini. Potensi-potensi konflik yang dapat berakibat kepada disintegrasi bangsa terjadi hanya karena perbedaan pandangan, yang kemudian menyebabkan polarisasi dalam masyarakat," tuturnya.

Masa-masa Pemilu 2019 bisa menjadi referensi, bagaimana potensi konflik yang sangat tinggi. Berita bohong atau hoaks telah menjadi santapan masyarakat sehari-hari, bahkan terjadi konflik terbuka di depan Bawaslu yang menyebabkan beberapa anak bangsa meninggal, serta adanya penyerangan kepada kantor-kantor polisi dan asrama polisi.

"Saat ini kita mendapatkan bonus demografi, dimana banyaknya kelas menegah yang tumbuh sangat luar biasa. Kelebihan ini harus dimanfaatkan dengan baik untuk menumbuhkan middle class. Inilah jalan terbaik untuk menjaga keutuhan NKRI," ucap Arsal.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.9673 seconds (0.1#10.140)