Studi Menyebutkan Ayah Baru Bisa Alami Depresi

Selasa, 11 September 2018 - 14:00 WIB
Studi Menyebutkan Ayah Baru Bisa Alami Depresi
Ayah baru menjadi lebih mudah mengalami depresi. Hal ini berdasarkan penelitian dari Indiana University School of Medicine di Indianapolis. Foto/SINDOnews/Istimewa.
A A A
SURABAYA - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ayah baru bisa mengalami depresi. Penelitian ini dilakukan kepada lebih dari 9.500 kunjungan orangtua ke klinik dokter anak. Hasilnya cukup mengejutkan, yakni 4,4% ayah dan 5% ibu mengalami sindrom depresi atau post-partum depression.

Dilansir NYPost, jika tidak segera ditangani, depresi bisa menyebabkan masalah yang serius. Fakta lain dari penelitian ini adalah bahwa ayah yang depresi sering kurang berinteraksi dengan anak-anaknya. Tanpa disadari kondisi ini bisa menyebabkan masalah kognitif dan perilaku.

“Fakta soal begitu banyak ayah baru mengalami depresi menjadi penting karena depresi dapat memiliki konsekuensi serius jika tidak ditangani,” kata penulis peneliti utama sekaligus seorang peneliti pediatrik di Indiana University School of Medicine di Indianapolis, Erika Cheng.

“Gejala depresi tersebut meliputi kesedihan, cepat marah, agitasi, dan kemarahan, butuh bantuan profesional,” tambahnya.

Sementara, laporan yang dipublikasikan di JAMA Pediatrics mengungkapkan bahwa satu dari empat ibu mengalami depresi di beberapa titik selama kehamilan atau saat anak masih berusia belia. Mereka didiagnosis karena lebih banyak terlibat pada pengasuhan anak.

Orangtua mengalami depresi dapat memberikan pengaruh pada kesehatan fisik dan mental jangka panjang anak-anak. Karena itu, American Academy of Pediatrics merekomendasikan baik ibu dan ayah memeriksa kesehatan mental saat kehamilan atau setelah persalinan. Sebanyak 31% sampel dari penelitian ini adalah para ayah.

Dari 806 kunjungan dan saat ayah menyelesaikan kuesioner pemeriksaan depresi, sebanyak 36 pria positif depresi. Angka ini hampir sama dengan proporsi para ibu yang dinyatakan depresi. Namun, hasil pengkalian ulang ditemukan bahwa hanya 12 orang yang benar-benar positif depresi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak ayah tidak terdiagnosa dan depresi tidak diobati.

Sementara, gejala depresi pada ibu dan ayah bisa berbeda. Misalnya, ibu tiba-tiba menangis saat mengurus anak dan ayah menjadi lebih cepat marah, mengonsumsi alkohol, atau mengubah kebiasaan kerja. Sedangkan, menjadi orangtua tidak mudah dan mulus sehingga para orangtua disarankan untuk mencari bantuan jika membutuhkannya.

“Hampir semua orang tua baru lelah, tetapi jika seorang ayah (atau ibu) terus-menerus merasa sedih, tidak dapat menikmati hal-hal yang biasanya mereka nikmati atau merasa tertekan, mereka dapat mulai dengan berbicara dengan dokter anak mereka. Anak-anak tumbuh dengan baik ketika orangtua berkembang,” ungkap Dr. Craig Garfield, peneliti pediatrik di Northwestern University dan Lurie Children's Hospital of Chicago.

Kendati demikian, penelitian ini memiliki keterbatasan karena dilakukan di lima klinik pediatrik di Indianapolis dan kemungkinan besar memiliki hasil yang berbeda jika dilakukan ditempat lain.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9429 seconds (0.1#10.140)