Gurihnya Nasi Bumbung Warisan Leluhur di Lereng Gunung Anjasmoro

Sabtu, 03 Agustus 2019 - 17:20 WIB
Gurihnya Nasi Bumbung Warisan Leluhur di Lereng Gunung Anjasmoro
Warga memasak nasi bumbung di bawah pohon Akar Seribu, di sekitar hutan lereng Gunung Anjasmoro. Foto/SINDOnews/Ali Masduki
A A A
Harum uap nasi hangat bercampur aroma bambu yang terbakar oleh perapian dari kayu bakar, langsung menggugah selera makan siapapun yang ada di sekitar perapian.

Nasi yang baru matang itu, dimasak langsung bercampur dengan bawang putih dan garam dalam sebuah bumbung bambu muda. Adonan bawang putih dan garam dalam bambu yang diproses dengan perapian kayu inipun memberikan sensasi tersendiri bagi penikmatnya.

Gurihnya Nasi Bumbung Warisan Leluhur di Lereng Gunung Anjasmoro


Ya, itulah nasi bumbung. Nasi yang dimasak menggunakan potongan bambu dan dibakar dengan perapian kayu.

Penyajiannya pun tak kalah unik. Nasi yang baru matang tetap dibiarkan di dalam bambu. Bambu untuk memasaknya, cukup dibersihkan, kemudian penutup lubang bumbung dibuka dan nasi siap disajikan. Penikmatnya, bisa langsung mengambil nasi dari dalam bambu untuk dinikmati.

Tak berhenti disitu, gurihnya nasi bumbung semakin legit dengan menu sambal. Warga lereng Gunung Anjasmoro, di Kabupaten Mojokerto, biasa menyebut sambal tersebut dengan sebutan sambal genjrot, karena cara pembuatan sambal dengan ditumbuk didalam bambu.

Bahan sambal ini terdiri dari kemiri, bawang merah, bawang putih, kremosan serta cabai. Menariknya, sambal ini disajikan bersama dengan sayur rotan muda yang sudah dibakar.

Gurihnya Nasi Bumbung Warisan Leluhur di Lereng Gunung Anjasmoro


Kuliner langka ini dapat ditemui di Desa Begagan Limo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto. Tepatnya di bawah pohon akar seribu, salah satu tempat wisata alam di Desa Bagagan Limo.

Akar seribu merupakan pohon koang atau pohon tali rogo yang sudah berumur ratusan tahun dan memiliki banyak akar. Di sisi pohon ada nuansa sungai kecil dengan banyak batu serta air jernih yang mengalir dari kaki Gunung Anjasmoro

Warga Begangan Limo, Kardi, mengungkapkan, nasi bumbung merupakan warisan nenek moyang warga Begagan Limo. Konon, teknik memasak seperti ini dilakukan oleh para leluhur saat pergi ke hutan.

"Karena butuh waktu berhari-hari di dalam hutan untuk berburu berbagai kebutuhan seperti madu, kayu, dan lain sebagainya, maka mereka cukup berbekal beras dan bumbu seadanya," kata dia.

Gurihnya Nasi Bumbung Warisan Leluhur di Lereng Gunung Anjasmoro


Kardi dan warga lainnya ingin melestarikan kuliner warisan leluhur ini. Hanya saja, ia akan memasak nasi jika ada pesanan. "Wisatawan yang mau berkunjung kesini bisa pesan. Mereka juga bisa merasakan langsung bagaimana asiknya memasak sendiri disini," imbuhnya.

Ia mengatakan, selain nasi bumbung, pengunjung juga akan dijamu dengan minuman tradisional hasil alam lainnya berupa rempah-rempah

Minuman ini berbahan kayu secang, sere, pala, kayu manis, cengkeh dan gula batu. Semua bahan dimasukan dan dimasak dengan api kecil sampai harum.

"Nasi bumbung dan minuman secang saat ini bisa dinikmati masyarakat saat berkunjung ke wisata Akar Seribu di Desa Bagagan Limo," tandas Kardi.

Sekedar catatan, untuk berkunjung ke Wisata Akar Seribu, pengunjung harus berjalan kaki sejauh 700 meter dari pemukiman warga. Selama menyusuri jalan setapak, pengunjung dimanjakan oleh hijaunya alam dan disuguhi suara gemericik air sungai yang masih jernih.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4278 seconds (0.1#10.140)