Turis Asing Kurang Betah Nikmati Wisata di Jatim, Ada Apa?

Minggu, 04 Agustus 2019 - 14:47 WIB
Turis Asing Kurang Betah Nikmati Wisata di Jatim, Ada Apa?
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa saat mengunjungi tempat wisata Kawah Ijen. Foto/SINDOnews/Lukman Hakim
A A A
SURABAYA - Wisatawan mancanegara (wisman) atau turis asing yang mengunjungi destinasi wisata di wilayah Jatim, rata-rata hanya menginap selama kurang dari tiga hari.

Ini diketahui dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim yang menunjukkan, pada Juni 2019, Rata-rata Lama Menginap Tamu (RLMT) tamu asing yang berkunjung ke Jatim dan menginap di hotel berbintang tercatat hanya 2,56 hari.

Sedangkan untuk tamu domestik mempunyai angka RLMT selama 1,60 hari, atau rata-rata lamanya tamu Indonesia yang menginap di hotel berbintang satu hingga dua hari saja.

Capaian RLMT tersebut kalah dibanding DKI Jakarta, dimana untuk tamu asing tercatat 2,96 hari. Sedangkan untuk tamu domestik 2,00 hari. Tingkat RLMT Jatim juga kalah dibanding Jawa Barat (Jabar), dimana untuk turis asingnya mencapai 3,02 hari. Sedangkan tamu asal Indonesia menginap rata-rata selama 1,49 hari.

"Untuk okupansi hotel di Jatim pada Juni 2019 sebesar 57,73 persen, atau naik 16,77 persen dibanding Mei sebesar 40,96 persen," kata Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono, Minggu (4/8/2019).

Sementara itu, Pemprov Jatim bertekat membuat wisatawan, baik mancanegara maupun domestik bisa lebih betah tinggal di Jatim. Utamanya, ketika mengunjungi kawasan wisata Selingkar Bromo Tengger Semeru maupun di selingkar Ijen dan Banyuwangi.

"Kita ingin keunggulan yang dimiliki TWA (Taman Wisata Alam), khususnya Kawah Ijen terus dijaga dan dilakukan penguatan. Kita ingin menjadikan kawasan Selingkar Ijen menjadi kawasan wisata alam yang luar biasa daya pikatnya, karena berbagai keunggulan fenomena alamnya yang sulit dicari di tempat lain" kata Gubernur Jatim Khofifah, usai tracking jalur pendakian Kawah Ijen, Sabtu (3/8/2019) lalu.

Orang nomor satu di Jatim itu mengungkapkan, beberapa hari yang lalu dia menerima tamu dari Swiss. Tamu tersebut, kata dia, sudah melakukan pendalaman penelitian tentang pengembangan kawasan wisata Selingkar Ijen dan juga kawasan selingkar Bromo Tengger Semeru (BTS). Hasil penelitian mereka disampaikan cukup detail pada Khofifah.

Termasuk titik-titik pengembangan destinasi wisata terdekat untuk bisa membuat wisatawan lebih betah tinggal di Banyuwangi maupun bromo tengger semeru.

"Mereka ternyata sudah lakukan pendalaman terkait kawasan selingkar Ijen dan BTS selama enam bulan. Apa yang menjadi tantangan Menteri Bappenas akan terjawab dari telaah calon investor yang sudah merencanakan rangkaian titik destinasi wisata. Ini agar wisatawan dapat tinggal beberapa hari di Banyuwangi dan Bromo" ucapnya.

Khofifah mengaku, dirinya diberi tantangan oleh Menteri Bappenas agar bisa membuat wisatawan lebih betah mengeksplorasi pariwisata di Banyuwangi dan Bromo. Selama ini wisatawan Eropa menghabiskan waktu berwisatawanya di Indonesia rata-rata 14 hari. Dua hari dihabiskan di Borobudur, sehari di BTS, dan sehari di Kabupaten Banyuwangi.

Baru setelah itu mereka menyeberang ke Bali dan menghabiskan waktu 10 hari sisa liburannya di sana. Tujuan wisatawan Eropa ke Banyuwangi utamanya adalah menikmati Kawah Ijen yang punya keutamaan blue fire dan sunrise di Bromo.

"Untuk itu, potensi wisata di TWA Ijen harus dimaksimalkan dengan digandengkan lagi titik wisata lain di Banyuwangi. Ini agar menjadi paket wisata yang membuat tinggal lebih lama para wisatawan," ujar Khofifah.

Salah satu titik wisata yang bakal digandengkan dan memiliki potensi menarik bagi wisatawan Eropa adalah pantai G-Land. Keunggulan ombak pantai G-Land yang cocok untuk surfing bisa ditawarkan sebagai surga surfing dunia bagi wisatawan mancanegara.

Pantai G-Land ini juga yang menjadi hasil telaah dari calon investor yang mendatangi Khofifah tersebut. "Maka bagaimana setiap potensi wisata ini di-package supaya orang nggak hanya tinggal sehari saja di Banyuwangi, tapi bisa dua hari atau bahkan lebih lama," pungkas Khofifah.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.4728 seconds (0.1#10.140)