BPS Prediksi Indeks Tendensi Konsumen Jatim Menurun

Senin, 05 Agustus 2019 - 15:05 WIB
BPS Prediksi Indeks Tendensi Konsumen Jatim Menurun
BPS Prediksi Indeks Tendensi Konsumen Jatim Menurun
A A A
SURABAYA - Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Jawa Timur (Jatim) pada triwulan II 2019 tercatat 127,00. Ini menggambarkan kondisi ekonomi konsumen lebih baik dibanding triwulan I 2019 yang hanya mencapai 105,44. Namun, ITK Jatim triwulan III 2019 diperkirakan sebesar 100,18 turun lebih rendah 26,82 poin dibanding triwulan II 2019.

Meski turun, tetapi masih menunjukkan optimisme karena indeks masih di atas 100. Penurunan ini lebih banyak disebabkan pendapatan rumahtangga tidak sebesar triwulan sebelumnya. "ITK Jatim triwulan II 2019 Jatim menempati posisi keempat dibanding provinsi lainnya di Pulau Jawa," kata Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono, Senin (5/8/2019).

Data BPS Jatim menunjukkan, posisi pertama diduduki oleh DKI Jakarta 129,82 dan posisi terakhir Jawa Barat dengan indeks 124,97. Perkiraan ITK pada triwulan III 2019, Jatim menempati posisi ketiga (100,18) dibanding provinsi lainnya di Pulau Jawa.

Provinsi Banten pada posisi pertama (105,24). Sedangkan terendah kali ini terjadi di DKI Jakarta dengan ITK sebesar 96,90, Yogyakarta (99,65) merupakan wilayah dengan ITK di bawah 100.

Pada periode triwulan II atau April-Juni 2019 tercatat terdapat beberapa momen. Yakni Pilpres, Bulan Suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1440 H. Lalu terlaksananya serangkaian acara Pilpres yang aman dan lancar berdampak positif pada optimisme konsumen pada periode ini.

Konsumsi rumah tangga baik pangan maupun non pangan pada Bulan Suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri lebih tinggi dari hari biasa. Ini didukung dari penerimaan pendapatan yang lebih besar dari triwulan sebelumnya. "Pendapatan itu bersumber dari THR, Bonus, dan Gaji ke 14 (PNS)," imbuh Teguh.

Pada Triwulan III 2019, ITK Jatim diperkirakan berada pada angka 100,18 walaupun lebih rendah 29,82 poin dibanding Triwulan II 2019. Hal ini akibat kebutuhan konsumsi rumah tangga tidak sebanyak pada saat Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.

Pada saat Hari Raya Idul Adha pun budaya mudik jumlahnya tidak sebesar Hari Raya Idul Fitri. Di samping itu, Indeks Pendapatan Mendatang meskipun optimismenya tetap terjaga namun menurun. Ini karena periode ini pendapatan rumah tangga kembali normal.

Penurunan ini berdampak pada rendahnya indeks Pembelian Barang Tahan Lama, yaitu pada level 98,16.

Harga-harga hewan kurban juga ditengarai akan lebih tinggi dari periode sebelumnya. Sehingga mengurangi optimisme konsumen. Sementara perayaan Hari Kemerdekaan juga diperkirakan tidak terlalu dapat meningkatkan optimisme konsumsi. "Ini karena pada bulan April sampai Juni telah melewati euphoria pilpres yang menguras tenaga dan finansial," pungkas Teguh.
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6453 seconds (0.1#10.140)