Mubazir 520 Kuota Haji Indonesia Tidak Terpakai, Kenapa?

Kamis, 08 Agustus 2019 - 06:47 WIB
Mubazir 520 Kuota Haji Indonesia Tidak Terpakai, Kenapa?
Musim haji Tahun 2019 ini tercatat ada sebanyak 520 kuota haji Indonesia tidak terpakai. Foto/SINDOnews/Dok
A A A
MEKKAH - Musim haji Tahun 2019 ini tercatat ada sebanyak 520 kuota haji Indonesia tidak terpakai.

Hal ini disampaikan Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel saat rapat evaluasi penyelenggaraan ibadah haji di Hotel 308, kawasan Raudhah, Mekkah, Selasa (6/8/2019) malam.

Rapat itu dihadiri rombongan Amirul Hajj 2019, PPIH Arab Saudi, dan pengawas DPR.

Agys mengungkapkan, kuota haji yang diberikan Pemerintah Arab Saudi memang selalu tidak terserap seluruhnya setiap tahun. Berdasarkan data e-hajj, kuota haji yang tidak terisi selalu terjadi setiap tahun.

Pada 2016 jumlahnya mencapai 759 kursi. Jumlah itu bertambah menjadi 935 kursi pada 2017. Sementara dua tahun terakhir menurun, pada 2018 sebanyak 649 kursi dan tahun ini sebanyak 520 kursi.

"Nanti kalau ditanya Arab Saudi bagaimana jawabannya? Kamu saya kasih kok enggak dipakai?," ujar Agus.

Terkait hal tersebut Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan, tahun ini jumlah kursi haji yang tidak terisi merupakan terkecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Apalagi mendadak pada 10 April 2019 ada kepastian tambahan 10.000 kuota haji. Sebanyak 5.000 kuota untuk lansia dan 5.000 sisanya sesuai antrean haji.

Kementerian Agama (Kemenag) sebelumnya telah menyiapkan cadangan 5% dari total kuota untuk mengantisipasi adanya calon jamaah haji yang batal berangkat. Mereka yang masuk dalam cadangan juga wajib melunasi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang tahap akhirnya sampai 10 Mei. "Jadi jaraknya hanya satu bulan (dari kepastian penambahan 10.000 kuota), cadangan itu harus yang sudah melunasi," kata dia.

Ketika menjelang akhir, di antara cadangan yang sudah membayar lunas dan sudah menyerahkan paspor ternyata membatalkan diri. Faktornya ada yang wafat, sakit, urusan kantor, dan macam-macam alasan lainnya. "Juga karena waktunya terlalu pendek. Sudah melunasi tapi merasa belum siap berangkat tahun ini," kata dia.

Menurut Menag, hal-hal seperti itu memang tidak bisa dihindarkan setiap tahunnya. Sehingga kuota yang tidak terisi itu bukan berarti tidak dimanfaatkan tapi karena ada penyebab yang tidak bisa dihindarkan.

"Bapak ibu, 520 kalau kita lihat dari 214.000 itu sebenarnya hanya, maaf mengggunakan kata maaf, 0,24%. Jadi ini angka yang deviasi yang bisa ditoleransi. Tentu tidak ada yang sempurna," pungkas dia.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1516 seconds (0.1#10.140)