Lesunya Si Nomor 8 di Tubuh Persebaya

Rabu, 12 September 2018 - 11:24 WIB
Lesunya “Si Nomor 8” di Tubuh Persebaya
Gelandang serang Persebaya Rendi Irwan berjibaku saat laga melawan PS Tira. Foto/SINDOnews/Ist
A A A
SURABAYA - Lupakan debut manis Djadjang Nudjaman di Persebaya Surabaya. Sekilas, tak ada yang salah dalam skema permainan yang dijalankan tim Bajol Ijo ketika menghadapi PS Tira. Dengan mengusung skema menyerang 4-3-3, green force diharapkan bisa mencetak banyak gol. Hasil di lapangan, mereka malah ditekuk dengan cadas oleh The Army, julukan PS Tira dua gol tanpa balas.

Itulah sepakbola. Permainan yang tak hanya dijalankan oleh satu atau dua pemain bintang saja. Sepakbola menjadi kesatuan tubuh yang harus bergerak secara konstan untuk menjaga ritme dan daya juang di lapangan hijau. Kalau ada satu bagian tubuh permainan yang sakit, hasil akhir bisa memberikan pembeda.

Memulai pertandingan dengan trisula maut David Da Silva, Osvaldo Haay dan Ferinando Pahabol, Persebaya tampil begitu memukau. Pergerakan cepat di sayap dan umpan balik di kotak penalti berkali-kali dicoba untuk membobol gawang PS Tira. Namun, usaha itu selalu gagal dengan skema parkir bus yang diterapkan Nil Maizar pada anak asuhannya melawan Persebaya.

Saat asyik menyerang, PS Tira malah bisa mencuri gol yang dilesakan Alexander Rakic dan Dzmitry Rekish. Dengan hasil itu, Persebaya kehilangan tiga poin di kandang yang menempatkan mereka di peringkat 13 dengan 25 poin di Liga 1.

Pada laga yang disaksikan ribuan Bonekmania itu, permainan Persebaya sebenarnya tak begitu buruk. Determinasi tinggi serta tusukan yang diberikan ke jantung pertahanan PS Tira berkali-kali merepotkan. Apa yang salah?

Tentu tak diragukan produktifitas ujung tombak Persebaya yang dipimpin David Da Silva. Dua palang pintu pertahanan juga mumpuni ketika dijaga oleh Octavio Dutra dan tandem barunya, OK Jhon. Ada satu peran yang terkadang dianggap remeh dalam sepakbola, yakni keberadaan gelandang angkut air yang bisa memberikan rasa aman bagi dua centre back serta membagi bola ke para gelandang kreatif.

Peran yang biasa dimainkan oleh “si nomor 8” itu memang tak terlihat di laga melawan PS Tira. Sama seperti peran yang dimainkan oleh Casemiro di Real Madrid, Sergio Busquets di Barcelona atau Lucas Biglia di AC Milan. Peran yang tak terlihat menonjol di tim Persebaya. Misbakhus Solikin yang diplot sebagai “si nomor 8” tak mampu menjadi jembatan yang kokoh.

Djanur pun memahami kelemahan itu. Mantan pelatih Persib bandung itu melihat Persebaya tak memiliki gelandang bertahan yang kuat. Pemain yang bisa memutus serangan dan memulai pola penyerangan.

“Solikin bukan pemain baru di posisi ini, tapi kita lihat dia tak terlalu kuat menempati posisi itu,” jelas Djanur, Rabu (12/9/2018).

Kehadiran gelandang yang bisa melakukan intersep dan menahan bola cukup lama menjadi catatan Persebaya di laga selanjutnya melawan Sriwijaya FC. Potongan puzle itu yang kini terus dicari oleh Djanur untuk menyempurnakan gaya permainnya yang atraktif dan solid di berbagai lini.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.7247 seconds (0.1#10.140)