Tim Ekspedisi Destana Tsunami Jelajahi 512 Desa Dalam 32 Hari

Rabu, 14 Agustus 2019 - 06:40 WIB
Tim Ekspedisi Destana Tsunami Jelajahi 512 Desa Dalam 32 Hari
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo menyambut Tim Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami. Foto/Ist.
A A A
SERANG - Tim Ekspedisi Desa TangguhBencana (Destana) Tsunami, berhasil menjelajahi512desa, di24 kabupaten dan kota selama 32 hari, sejak dimulai 12 Juli 2019 lalu.

Kegiatan ini dalam rangka penguatan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana tsunami dan untuk pengembangan Desa Tangguh Bencana (Destana) yang berada di sepanjangpesisir selatan Pulau Jawa.

Ekspedisiini juga melibatkan lima pihak Pentahelix, yaitu pemerintah, akademisi, masyarakat, lembagausaha, dan media.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai lembaga negara yang diberi tugas untuk mengkoordinasikan upaya penanggulangan bencana, membuat langkah untukmelindungi masyarakat berisiko yang berada di desa dan kelurahan tersebut.

Ekspedisi ini terbagi dalam empat Segmen Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Banten, yang masing-masing segmen diikuti 200 orang. "42 ribu masyarakat yang kami datangi, lebih dari3.700 orang perangkat desa yang kami berikan pemahaman bencana," ucapDeputi Pencegahan BNPB, Lilik Kurniawan.

Dari target518 desa, hanyatercapai512 desayang berhasil disosialisasikan tentang kesiapsiagaan dan potensi tsunami. "Kendala di lapangan banyak kami alami, termasuk penolakan dari kepala daerah tersebut," ungkap Lilik.

Seperti diketahui ada600 ribu lebih masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana tsunami. Fakta tim Destanadi lapangan menemukan tingkat kesiapsiagaan cukup baik, bagi daerah yang sudah pernah mengalami tsunami.

Namun yang belum mengalami tsunami masih banyak yang belum paham dan tidak tahu harus evakuasikemana. Selain itu, infrastruktur yang masih belum memadai untuk evakuasi.

"Dari timur jawa ke barat, masih banyak daerah wisata, yanghampir sebagian besar tidak punya rambu peringatan tsunami. Hal ini sangat riskan bagi keselamatan pengunjung" kata Lilik.

Kepala BNPB, Doni Monardomengagas, membangun monumen tentang peristiwa bencanaalam yang sudah terjadi. Sehingga memudahkan kita mengingat peristiwa bencana alam, karena alamyangsudah terbentuk dalam milyaran tahun.

"Gempa dan tsunami adalah peristiwa alam yang berulang, dan kita punya dokumentasinya. Namun dokumentasi lebih lengkap ada di Belanda" ucapnya.

Bencana tidak dapat dihindari, namun dapat dikurangi risikonya. Konsep pentahelix merupakan sosialisai yang terbaik. Perangkat desa ini diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam memberikan sosialisasi kepada RW/RT dan keluarga, namuntetapmemperhatikankearifan lokal.

"Poinnya masyarakat harus sadar potensi bencana yang ada, memahami dan mampu melakukan upaya pencegahan, dan masyarakat menjadi tangguh serta mampu dalam menyelamatkan diri dari bencana" ujar Doni.

Kegiatan ini akan dilanjutkan menjadiKKN tematik Destana bekerjasama dengan perguruan tinggi. Serta ada dua buku mengenai tulisan ekspedisi, dan foto perjalanan ekspedisi untuk berbagi pengetahuan kepada masyarakat lain.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.5458 seconds (0.1#10.140)