Sensasi Pahit Legit Kopi Saring Khas Dhawarblandong, Mojokerto

Rabu, 14 Agustus 2019 - 07:37 WIB
Sensasi Pahit Legit Kopi Saring Khas Dhawarblandong, Mojokerto
Penikmat kopi saring Mbok Tajeng khas Dawarblandong Mojokerto.Foto/SINDONews/Tritus Julan
A A A
MOJOKERTO - Warung mungil di gang sempit itu tak pernah tampak lengang. Aroma wangi kopi menelusup hidung kala kaki menjejak halaman kedai kopi 'Mbok Tajeng', begitu orang menyebutnya.

Sepintas, tak ada yang istimewa dengan warung kopi ini. Hanya dua meja panjang lengkap dengan kursi berbahan bambu di dalamnya. Sementara, lengser jumbo berisi gorengan ketan khas ndeso, nangkring di atas meja.

Muhammad Zaiunul, terlihat begitu serius melayani para pembeli. Cucu almarhum Mbok Tajeng ini nampak begitu lihai meracik seduhan kopi saring. Tak perlu alat khusus, pemuda berusia 24 tahun ini hanya butuh sebuah sendok makan sebagai takaran.

"Kami memiliki tiga jenis rasa kopi saring, yakni paitan (pahit), sedang dan manis. Kalau paitan, takarannya tiga banding satu. Tiga sendok kopi dan satu sendok gula," kata Rodi, 47, menantu Mbok Tajeng yang kini mengurus kedai kopi peninggalannya itu.

Dalam proses pengadukan juga tak asal-asalan. Zainul selalu mengaduk secangkir kopi saring buatannya sebanyak 60 putaran berlawanan dengan arah jarum jam. Agar rasa kopi saring yang sudah menjadi khas warga di bagian utara Mojokerto ini terasa nikmat.

Sementara, Tumina alias Yuk Tum, anak Mbok Tajeng sekaligus generasi kedua penerus kopi saring ini tak kalah sibuk. Ia bekerja lebih keras untuk memproduksi kopi saring. Butiran kopi robusta diolahnya sebelum bisa disajikan ke para pelanggan setia.

Sensasi Pahit Legit Kopi Saring Khas Dhawarblandong, Mojokerto


Di atas tungku dengan bahan bakar kayu, wanita berusia 43 tahun nampak begitu telaten menggoreng butiran kopi robusta pilihan. Asap putih dan bau wangi khas kopi, begitu sedap saat tangannya mengaduk kopi di dalam kuali dari tanah liat itu.

"Kalau setiap hari biasanya menghabiskan 5 kilogram kopi. Prosesnya dibuat sendiri, mulai menggoreng, kemudian ditumbuk menggunakan alat tradisional," kata Rodi yang notabene suami Yuk Tum itu.

Rodi menceritakan, Kedai Kopi Mbok Tajeng ini memang biasa disebut warung kopi saring. Lantaran dalam penyajiannya juga ditambahkan saringan kecil. Agar para penikmat kopi bisa menyaring kopi tersebut sebelum diseruput.

"Sejak ibu mertua saya yang jualan dulu memang sudah menggunaman saringan. Kopinya kan kita tumbuk sendiri jadi kondisinya masih kasar. Nah sekarang menjadi ciri khas kopi di sini," jelas Rodi, sembari membantu Zainul menyiapkan kopi.

Dulu, warung kopi saring Mbok Tajeng tak sebesar ini. Menurut Rodi, kala itu warung kopi mertuanya itu hanya berukuran mini, berkisar 3X5 meter persegi. Berdinding anyaman bambu serta berlantai tanah. Meski begitu, lanjut Rodi, warung kopi ini memang tak pernah sepi dan selalu menjadi jujukan.

Selain rasa yang nikmat dan ciri khas menggunakan saringan, harga kopi di warung Mbok Tajeng, ini juga cukup merakyat. Untuk satu cangkir kecil kopi saring, hanya dipatok Rp2.000. Sedangkan cangkir berukuran sedang Rp3.000. Sementara, gorengan ketan hanya Rp1.000.

Tak heran, sejak berdiri tahun 1972 warung kopi saring Mbok Tajeng ini nyatanya mampu bertahan di tengah merebaknya cafe maupun kedai kopi. Meski lokasinya berada di dalam pedesaan. Namun, banyak pelanggan setia dari luar kota yang sengaja datang untuk menikmati kopi saring ini.

"Ada dari Surabaya, Gresik, dari wilayah Mojokerto sendiri juga banyak. Alhamdulillah tidak pernah sepi setiap harinya," kata Rodi.

Rasa nikmat kopi saring Mbok Tajeng ini ternyata bukan isapan jempol belaka.

Seorang pelanggan mengaku dirinya sudah puluhan tahun sengaja datang ke warung kopi yang terletak di Dusun Brejel Wetan, Desa Pucuk, Kecamatan Dawarblandong, Mojokerto ini.

"Sejak 14 tahun lalu saya ngopi di sini. Karena rasa kopinya sangat khas, pahit legit, pokoknya pas. Ditambah lagi ada gorengan puli (ketan goreng), jadi sangat cocok," kata Wardoyo, pria berusia 47 tahun asal Mojokerto ini.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.3282 seconds (0.1#10.140)