Wow, Usia 26 Tahun Raih Gelar Doktor Dengan IPK 4,00

Jum'at, 16 Agustus 2019 - 13:23 WIB
Wow, Usia 26 Tahun Raih Gelar Doktor Dengan IPK 4,00
Nastiti Intan Permata Sari menjadi doktor muda di usia 26 tahun dengan IPK sempurna. Foto/Istimewa
A A A
SIDOARJO - Nastiti Intan Permata Sari hanya butuh waktu 8 tahun untuk meraih gelar doktor. Gelar doktor pun diperoleh ketika usianya baru 26 tahun.

Istimewanya lagi, gelar doktor itu diperoleh dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna, yakni 4,00.

Di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, gadis asal Madiun itu tercatat menempuh pendidikan S1 mulai 2011, dan lulus S3 pada 2019. September nanti, ia resmi diwisuda dan meraih gelar doktor Ilmu Kedokteran.

Perjalanan pendidikan dimulainya ketika ia mengambil pilihan program studi (prodi) Biologi Fakuktas Sains dan Teknologi (FST). Nastiti mampu menyelesaikan pendidikan sarjana dalam waktu 3,5 tahun.

Hal tersebut tergolong istimewa mengingat Nastiti tidak hanya mengisi kegiatan dengan berkuliah, namun juga aktif di berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Himpunan Mahasiswa. Nastiti pun menjatuhkan pilihan untuk fokus pada UKM Resimen Mahasiswa (Menwa).

Dia mengatakan, UKM Menwa adalah yang paling berkesan baginya. Sebab, mengajarkan bagaimana disiplin waktu, tidak hanya mahir dalam beroganisasi namun juga mahir dalam ilmu pendidikan. “UKM Menwa mengajarkan kita menjadi pribadi yang tahan banting harus punya strategi dan daya juang tinggi,” kata Nastiti, Jumat (16/8/2019).

Setelah menyelesaikan pendidikan strata satu, Nastiti mengambil Program Magister Kedokteran Tropis guna melanjutkan pendidikan Pascasarjana.

Nastiti menambahkan, perjuangan yang ia tempuh untuk masuk program Pascasarjana tidaklah mudah. Mengingat, program studi yang ia pilih tersebut masuk dalam bidang medis, berbeda dengan basic pendidikan S1-nya.

Meski demikian, perbedaan basic tersebut tidak membuatknya patah semangat. Di bawah bimbingan Prof. Ni Made Mertaniasih ia dapat lulus dari Fakultas Kedokteran (FK) dengan predikat membanggakan. “Awalnya kesulitan, namun saya tetap belajar,” ujarnya.

Mahasiswi yang lolos beasiswa program Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) tersebut menceritakan bahwa beasiswa yang dia peroleh tidak diperoleh dengab mudah. Mengingat, salah satu syaratnya adalah menyerahkan proposal dan melewati seleksi yang ketat.

Namun, berkat dukungan dari berbagai pihak termaksud orang tua, Nastiti mampu lolos dan mendapat beasiswa tersebut. “Banyak syarat yang harus dipenuhi. Berkat dukungan dari orang tua dan dosen pembimbing, saya berhasil lolos dan mendapatkan beasiswa PMDSU,” kata dia.

Saat menjalani studi di 2017, Nastiti melakukan penelitian tentang metode molekuler untuk identifikasi bakteri penyebab Tuberkulosis paru di Kyoto University, Jepang. Kemudian di tahun selanjutnya dia kembali ke Jepang untuk melanjutkan penelitian di Nara Institute of Science and Technology bersama Prof Hirotada Mori. Penelitian tersebut bertujuan menyelesaikan disertasi yang dia kerjakan.

“Alhamdulillah hasil penelitian saya diterima di jurnal Q2 Scopus BMC research notes dan saya dinyatakan lulus doktor pada 1 Agustus 2019 kemarin,” jelas dia.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9958 seconds (0.1#10.140)