Ubaya Heritage Carnival, Semarakkan HUT ke-74 RI

Sabtu, 17 Agustus 2019 - 17:56 WIB
Ubaya Heritage Carnival, Semarakkan HUT ke-74 RI
Semarak Jember Fashion Carnaval menginspirasi Ubaya Heritage Carnival, Sabtu (17/8/2019). Foto/Istimewa
A A A
SURABAYA - Semarak Jember Fashion Carnaval menginspirasi Ubaya Heritage Carnival. Ribuan civitas akademika Universitas Surabaya (Ubaya) ramaikan semarak Hari Ulang Tahun ke 74 Republik Indonesia melalui Ubaya Heritage Carnival.

Dosen, Karyawan, dan mahasiswa baru lakukan kirab budaya mengenakan kostum nusantara tematik defile Borneo, defile Bali, defile Betawi, defile Chinese Opera, defile Forest, dan defile Undersea.

Selain memperingati Kemerdekaan Indonesia, Ubaya Heritage Carnival merupakan rangkaian penutup masa orientasi bersama (MOB) mahasiswa baru Ubaya tahun akademik 2019/2020.

Wakil Koordinator Acara MOB 2019, Igam Arya Wada, mengatakan, acara yang bertajuk “Persembahan Untuk Indonesia” merupakan salah satu wujud terima kasih atas warisan budaya dan alam yang dimiliki oleh Indonesia.

"Di samping itu, Ubaya ingin mengedukasi mahasiswa baru sekaligus masyarakat Indonesia khususnya warga kota Surabaya untuk bersatu dan menjaga keberagaman budaya serta keseimbangan alam," kata dia.

Semua pertunjukan atau show act yang akan ditampilkan dalam Ubaya Heritage Carnival memiliki sub tema culture dan nature yang dibagi ke dalam enam defile atau kelompok yang melibatkan ribuan mahasiswa baru. Defile dengan sub tema culture digambarkan dalam defile Borneo, defile Bali, defile Betawi, dan defile Chinnese Opera.

Igam menjelaskan, pemilihan defile Chinnese Opera di antara defile-defile Indonesia ingin merepresentasikan akulturasi dan menunjukkan kepada mahasiswa baru bahwa Ubaya merupakan kampus multikultur. Sedangkan defile dengan sub tema nature diwakili oleh defile Forest dan defile Undersea. Pemilihan defile ini, diambil dengan melihat kondisi alam Indonesia khususnya hutan dan laut yang mulai mengalami kerusakan.

“Penampilan yang kami bawakan memiliki nilai keberagaman, toleransi, dan cinta lingkungan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Nantinya akan ada campaign berupa theatrical dan poster yang dibuat oleh mahasiswa baru sebagai bentuk ajakan kepada masyarakat untuk mulai peduli, memperhatikan, dan menjaga kondisi alam di sekitar,” kata Dosen Fakultas Hukum Ubaya ini.

Acara Ubaya Heritage Carnival dibuka dengan upacara bendera yang diikuti oleh seluruh civitas akademika Ubaya menggunakan pakaian adat nusantara Indonesia.

Berikutnya, acara dilanjutkan dengan beragam pertunjukan dari masing-masing defile seperti penampilan drama, tarian, yel-yel, dan peragaan kostum yang telah dibuat sendiri secara berkelompok oleh mahasiswa baru.

Selain penampilan mahasiswa baru, ada persembahan spesial yang ikut memeriahkan acara dalam Ubaya Heritage Carnival yaitu Marching Band dari SMK KAL-1 Surabaya yang menampilkan “Genderang Suling Gita Anjara Samudera”, atraksi Barongsai yang berjudul “Tarian Singa dan Naga Kesatria”, serta kolaborasi Baleganjur dan Unit Kegiatan Kerohanian Hindu (UKKH) Ubaya.

Kirab budaya dilakukan di sepanjang jalan Raya Tenggilis, jalan Panjang Jiwo, dan berakhir di Kampus Ubaya Tenggilis. Euforia mahasiswa baru terlihat ketika mulai memperagakan kostum masing-masing defile di jalan. Mahasiswa baru juga akan membawa poster campaign berupa ajakan untuk peduli terhadap alam dan menghargai keberagaman Indonesia.

Selain itu, sebanyak 250 wayang kertas Punakawan terbaik dari hasil pemecahan Rekor MURI yang dibuat oleh mahasiswa baru Ubaya dibagikan kepada penonton karnaval sebagai bentuk apresiasi budaya dan kenang-kenangan untuk warga.

“Aksi ini salah satu wujud yang ingin kami tunjukkan bahwa Ubaya merupakan Universitas yang menghargai perbedaan, multikultur, dan pluralisme. Saya berharap mahasiswa baru dan masyarakat bisa terdorong untuk melakukan tindakan atau perubahan yang lebih baik terhadap alam maupun warisan budaya Indonesia,” kata Igam.

Seorang mahasiswa baru 2019, Nicolas Danang Kurniawan Nugroho, dari Fakultas Psikologi Ubaya mengatakan, dirinya sangat antusias mengikuti acara penutupan MOB Ubaya. Pengalaman pertama mengikuti kirab budaya mengajarkannya arti menghargai warisan budaya Indonesia dan makna toleransi.

“Saya belajar banyak hal dari persiapan acara kirab budaya. Kostum Borneo yang kami buat semuanya handycraft menggunakan kain perca serta spons matrass dan proses pembuatannya sekitar 5 sampai 6 hari. Kami satu kelompok asalnya berbeda-beda, tapi saya menyadari bahwa perbedaan itu indah, saling melengkapi dan harusnya menjadi ciri khas asli bangsa Indonesia yang terus dipertahankan,” kata Nicolas dari defile Borneo.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.5997 seconds (0.1#10.140)