BI Jatim Gagas Program Penggemukan Sapi Bagi Anak Muda

Jum'at, 23 Agustus 2019 - 13:22 WIB
BI Jatim Gagas Program Penggemukan Sapi Bagi Anak Muda
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jawa Timur (Jatim) menggagas program penggemukan sapi khusus bagi kalangan milenial. Foto/SINDOnews/Dok
A A A
SURABAYA - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jawa Timur (Jatim) menggagas program penggemukan sapi khusus bagi kalangan milenial.

Selain sebagai upaya meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat, program ini juga mendorong anak muda agar tertarik terjun ke bisnis peternakan.

Kepala KPBI Jatim Difi Ahmad Johansyah mengatakan, potensi usaha penggemukan sapi di Jatim sangat besar. Ini karena konsumsi daging sapi dalam negeri masih sangat tinggi. Pasokan sapi dari Jatim, saat ini tidak hanya memenuhi permintaan pasar di dalam provinsi, tapi juga ke provinsi lain seperti Jakarta dan sekitarnya.

Berdasarkan data Dinas Peternakan Jatim, jumlah populasi sapi potong di Jatim hingga saat ini mencapai sekitar 4,6 juta ekor atau menyumbang 27 persen dari populasi nasional. Sedangkan sapi perah (susu) sekitar 280.364 ekor atau menyumbang 51 persen dari total populasi nasional. “Permintaan sapi masih sangat tinggi. Jadi saya kira sangat tepat anak muda bisa mengikuti program penggemukan sapi,” kata dia, Jumat (23/8/2019).

Difi mengatakan, program belajar penggemukan sapi ini sudah mulai diterapkan oleh KPBI Jatim di sentra-sentra sapi seperti Tuban dan Lamongan. Pihaknya berharap kaum muda atau generasi milenial bisa mendaftarkan diri ke KPBI Jatim untuk mengikuti program tersebut.

Nantinya, peserta akan difasilitasi dan dikirim ke sentra-sentra sapi tersebut untuk belajar dan praktik langsung. “Kami mendorong anak muda mau belajar penggemukan sapi, karena ini tidak ada sekolah khusus. Jika sudah ahli dalam penggemukan sapi, kami jamin hidup mereka bisa mandiri,” kata dia.

Terkait besaran investasi, kata Difi, untuk menggemukan satu ekor sapi dibutuhkan dana Rp20 jutaan. Dana itu untuk seekor sapi anaka atau pedet. Diperkirakan dalam jangka waktu 4 bulan harganya sudah bisa naik menjadi Rp40 jutaan. Kotoran sapi pun bisa diolah menjadi pupuk sehingga menghasilkan nilai tambah.

“Saya kira cari modal Rp20 juta rasanya mudah. Kami berharap anak muda, yang mungkin belum ada pekerjaan, kami tawarkan program keterampilan ini, mereka bisa langsung magang,” jelas dia.

Difi mengakui bahwa minat anak muda belajar peternakan maupun pertanian cukup rendah. Padahal, jika anak muda bersedia belajar tentang agribisnis, akan memiliki masa depan yang bagus.

Memang untuk terjun ke dunia bisnis peternakan maupun pertanian butuh kedisplinan. Misalnya, disiplin dalam merawat ternak, karena untuk merawat sapi butuh keterampilan dalam membangun hubungan dengan hewan ternaknya. “Sapi juga harus sering dimandikan agar nafsu makannya meningkat,” pungkas dia.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9068 seconds (0.1#10.140)