Indonesia-Laos Kerjasama 4 Bidang, Nilai Investasinya Rp28 T

Selasa, 27 Agustus 2019 - 10:38 WIB
Indonesia-Laos Kerjasama 4 Bidang, Nilai Investasinya Rp28 T
Delegasi Laos Alounkeo Kittikhoun didampingi Dubes RI untuk Laos, Pratito Soeharyo dan Dirut PTPN X Dwi Satriyo Annurogo saat meninjau PG Gempolkrep, di Gedeg, Mojokerto. Foto/SINDOnews/Tritus Julan
A A A
MOJOKERTO - Pemerintah Indonesia melakukan penjajakan kerjasama dengan pemerintah Laos. Rencananya, nilai investasi dalam kerjama empat bidang ini mencapai Rp28 triliun.

Duta Besar Indonesia untuk Laos Pratito Soeharyo mengatakan, kerjasama Indonesia dengan Laos terdiri dalam empat bidang. Yakni kereta api dan railway dari mulai Vietnam ke Laos. Kemudian bidang agrikultur, bidang pemilihan batubara untuk pembangkit listrik di Laos.

"Serta bidang pertambangan timah dan potasium. Untuk total nilai investasi ini hampir mencapai 2 billion USD atau kurang lebih Rp 28 triliun," kata Pratito kepada wartawan di Pabrik Gula (PG) Gempolkrep, Kecamatan Gedeg, Mojokerto, Senin (26/8/2019) sore.

Kerja sama ini sebagai tindak lanjut pertemuan Perdana Menteri (PM) Laos, Thongloun Sisoulith bersama dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno, beberapa waktu lalu.

Salah satu kerjasama pada bidang agrikultur yakni dalam produksi gula kristal putih. Untuk itu, Ia bersama delegasi dari Laos yakni Menteri dari Kantor Perdana Menteri Laos dan Somboun Phongsavanh, Ketua Komite Pemegang Saham Pongsavanh Group, perusahaan minyak asal Laos, Alounkeo Kittikhoun melakukan kunjungan ke PG Gempolkrep.

Kunjungan delegasi Laos ini disambut Direktur Utama PTPN X Dwi Satriyo Annurogo dan General Manager (GM) PG Gempolkrep. Setelah mendengar penjelasan soal PG Gempolkrep, delegasi dari Laos selanjutnya melihat langsung proses produksi gula kristal di dalam pabrik.

"Menteri dari Kantor Perdana Menteri hari ini membawa tiga wakil menterinya dari bidang pertanian, publik works dan bidang penanaman modal. Mereka ingin melihat kemajuan teknologi Indonesia yang nantinya bakal mereka gunakan di Laos," imbuhnya.

Dalam kerjasama ini, pihak Laos akan menyediakan lahan di negaranya untuk membangun pabrik gula dengan kapasitas giling minimal 10.000 TCD. Sedangkan proses pembangunan hingga pengoperasian pabrik gula akan bekerjasama dengan Indonesia.

"Produk gula itu akan dipasarkan di Laos, dan negara-negara tetangga, seperti Tiongkok dan Indonesia sendiri. Sehingga mereka meminta Indonesia untuk membantu supaya mereka bisa marketing di sana," paparnya.

Sementara Menteri dari Kantor Perdana Menteri Laos, Alounkeo Kittikhoun, mengaku terkejut saat berkunjung ke PG Gempolkrep di Mojokerto. Lantaran pabrik tersebut sudah berdiri dan operasional sejak tahun 1912.

"Saya baru tahu ada PG yang sudah berdiri sejak tahun 1912 dan operasional dengan baik. Menjadi salah satu pabrik gula pertama di negara ini dan sekarang sudah pakai peralatan modern, itu cukup menarik," kata Alounkeo.

Alounkeo Kittikhoun menyatakan, pemerintah Laos bakal berupaya secepatnya menyiapkan lahan serta memberi kesempatan pemerintah Indonesia melalui BUMN, untuk mengembangkan pabrik gula di Laos.

"Kami siapkan tahun ini melakukan kajian, tahun kedua pembangunan, dan saya kira tahun ketiga, sudah mulai operasional PG kami di Laos. Tergantung proses adminitrasi dan kajian hukumnya. Lebih cepat lebih baik," tandasnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.1461 seconds (0.1#10.140)