Sensasi Rujak Bawean yang Selalu Membawa Ingatan Kampung Halaman

Selasa, 03 September 2019 - 13:07 WIB
Sensasi Rujak Bawean yang Selalu Membawa Ingatan Kampung Halaman
Rujak Bawean menjadi kuliner buruan di Kabupaten Gresik. Rasanya yang khas Ikan Tongkol menjadi citarasa masyarakat pesisir. Foto/SINDOnews/Aan Haryono
A A A
GRESIK - Sensasi kuliner masyarakat pesisir tidak pernah ada habisnya. Lewat rujak Pulau Bawean, ingatan akan kampung halaman selalu dihadirkan dan jadi kenangan indah.

Bagi masyarakat urban, kuliner selalu memberikan obat rindu untuk ingat kampung halaman. Cita rasa yang berjalan pelan di permukaan lidah membawa banyak kenangan mengendap di kepala.

Pagi yang hangat di pusat kota Kabupaten Gresik, antrean warga untuk membeli rujak Bawean sudah mengular. Jarum jam masih menunjukkan pukul 10.00 WIB. Aroma kacang dan petis dari ikan tongkol menyelimuti seluruh jalanan di sepanjang Jalan dr Soetomo Gresik.

Asriyah (40) masih cekatan memainkan tangan di atas cobek besar. Perempuan paruh baya asal Desa Pudakit Timur Kecamatan Sangkapura, Bawean itu terus melemparkan senyum pada para pembeli.

"Masih ada 16 antrean ya, mohon sabar," katanya sambil memasukan cabe rawit ke dalam cobek, Selasa (3/9/2019).

Rujak Bawean buatannya sepintas mirip olahan rujak cingur. Perbedaannya terletak dalam sensasi gurihnya bumbu petis ikan Tongkol serta kacang yang lebih dominan. Rasa ikan begitu legit di rongga hidung.

Sensasi Rujak Bawean yang Selalu Membawa Ingatan Kampung Halaman


Bumbu petis ikan Tongkol menjadi bumbu utama ditambah kacang goreng, garam, bawang putih dan cabe rawit secukupnya. Untuk isi di piring, bahan yang sehat seperti mentimun, nanas, kedondong, kecambah, kacang pajang rebus, mangga, tempe dan lontong memenuhi sajian.

Cadasnya rujak semakin maksimal ketika ditemani koncok-koncok, sebuah makanan berukuran lonjong yang dibuat dari ikan Tongkol dan tepung. Rasa koncok-koncok terasa begitu khas masyarakat pesisir dalam mengolah hasil laut.

Untuk seporsi rujak Bawean, para pembeli hanya mengeluarkan kocek Rp8.000. Harga yang pantas dengan citarasanya yang melimpah. Namun, untuk bisa memenuhi hasrat kuliner, para pembeli harus datang lebih pagi. Pasalnya, tak sampai petang semua sudah tandas.

Bahtiar (37), salah satu pembeli mengatakan, rujak Bawean selalu mengingatkannya pada kampung halaman. Dulu, rujak ini tak diperjualbelikan secara bebas. Pembuatan rujak hanya dilakukan ketika ada hajatan di rumah.

"Sekarang kami bisa menikmatinya kapan saja. Tapi biasanya kalau sudah pukul 14.00 WIB sudah habis," jelasnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.0784 seconds (0.1#10.140)