Dialog Kebangsaan, Sepakati NKRI Bebas Rasisme dan Khilafah
A
A
A
GRESIK - Keanekaragaman bermartabat dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah final. Rasisme harus dilawan, dan Indonesia bebas dari paham khilafah.
Hal itu muncul saat dialog kebangsaan yang digelar Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) Persiapan Cabang Gresik di Pit-stop Cafe Perum PPS, Senin (9/9/2019) malam.
Hadir sebagai panelis; Fandi Ahmad Yani (kandidat Ketua DPRD Gresik), Syaifuddin Ghozali (Presedium Kahmi Gresik), AKP Ady Nugroho (Kapolsek Manyar) dan perwakilan Kodim 0817 Gresik.
Hampir kesemua panelis sepakat, bila NKRI adalah final alias harga mati. Karena, memang secara geopolitik, budaya, suku dan agama, Indonesia adalah aneka ragam.
"Negara Kesatuan Republik Indoensia dengan Pancasila dan UUD 1945 itu sudah final. Dan kita berkewajiban menjaganya," ujar Gus Yani, panggilan Fandi Ahmad Yani.
Persoalan rasisme Papua yang berawal dari Surabaya dan Malang, tidak bisa dinilai hitam putih. Bahwa, persoalan politik tidak bisa diabaikan. Apalagi, di Papua ada tambang Freeport.
"Namun, semuanya sudah ditangani oleh negara. Negara sudah hadir. Hanya catatanya, ada sidang PBB, yang mana ada kelompok yang ingin Papua jadi bahasan," ungkap AKP Ady Nugroho.
Selain rasisme, bahaya laten yang perlu mendapat perhatian adalah khilafah. Para pengasongnya yang bermetemorfosis di internal ASN, BUMN, Polri dan TNI itu harus dilawan.
"Sebenarnya khilafah ini sudah muncul sejak zaman dulu, ada DI/TII. Makanya, ini juga jadi ancaman serius. Harus dilawan," ujar Syaifuddin Ghozali.
Hal itu muncul saat dialog kebangsaan yang digelar Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) Persiapan Cabang Gresik di Pit-stop Cafe Perum PPS, Senin (9/9/2019) malam.
Hadir sebagai panelis; Fandi Ahmad Yani (kandidat Ketua DPRD Gresik), Syaifuddin Ghozali (Presedium Kahmi Gresik), AKP Ady Nugroho (Kapolsek Manyar) dan perwakilan Kodim 0817 Gresik.
Hampir kesemua panelis sepakat, bila NKRI adalah final alias harga mati. Karena, memang secara geopolitik, budaya, suku dan agama, Indonesia adalah aneka ragam.
"Negara Kesatuan Republik Indoensia dengan Pancasila dan UUD 1945 itu sudah final. Dan kita berkewajiban menjaganya," ujar Gus Yani, panggilan Fandi Ahmad Yani.
Persoalan rasisme Papua yang berawal dari Surabaya dan Malang, tidak bisa dinilai hitam putih. Bahwa, persoalan politik tidak bisa diabaikan. Apalagi, di Papua ada tambang Freeport.
"Namun, semuanya sudah ditangani oleh negara. Negara sudah hadir. Hanya catatanya, ada sidang PBB, yang mana ada kelompok yang ingin Papua jadi bahasan," ungkap AKP Ady Nugroho.
Selain rasisme, bahaya laten yang perlu mendapat perhatian adalah khilafah. Para pengasongnya yang bermetemorfosis di internal ASN, BUMN, Polri dan TNI itu harus dilawan.
"Sebenarnya khilafah ini sudah muncul sejak zaman dulu, ada DI/TII. Makanya, ini juga jadi ancaman serius. Harus dilawan," ujar Syaifuddin Ghozali.
(eyt)