Untaian Doa dari Siswa untuk Bapak Teknologi BJ Habibie

Kamis, 12 September 2019 - 15:46 WIB
Untaian Doa dari Siswa untuk Bapak Teknologi BJ Habibie
Ratusan siswa MI Nurul Huda, Kota Mojokerto menggelar salat ghaib atas meninggalnya Presiden ke-3, BJ Habibie. Foto/SINDOnews/Tritus Julan
A A A
MOJOKERTO - Wafatnya Presiden ke-3 Indonesia, BJ Habibie, menjadi duka mendalam bagi warga di Kota Mojokerto. Mereka pun berduyun-duyun menggelar salat ghaib.

Selepas subuh, pengeras suara di musala dan masjid di Kota Onde-onde begitu riuh. Lantunan ayat suci Alquran menggema hampir di seluruh penjuru kota. Tanda duka untuk putera terbaik bangsa yang kini berpulang ke hadapan Tuhan.

Para siswa pun seperti tak mau kalah. Seakan dikomando, mereka begitu bersemangat menggelar salat ghaib di masing-masing sekolah. Sembari memegang foto BJ Habibie, untaian doa tahlil pun dipanjatkan. Bagi sang profesor, pembuat pesawat terbang pertama Indonesia, Gatot Kaca.

"Kami menggelar salat ghaib dan membaca tahlil untuk Pak Habibie. Semoga amal baik beliau diterima Allah SWT," tutur Sofi Melinda, siswi kelas VI MI Nurul Huda 2 Kota Mojokerto.

Mantan Menteri Riset dan Teknologi pada tahun 1978-1998 itu, memang sosok panutan di dunia pendidikan. Kemampuannya dibidang teknologi, utamanya pembuatan pesawat menjadi inspirasi bagi Sofi dan para siswa lainnya.

"Pak Habibie itu hebat, luar biasa. Selain jadi presiden, beliau katanya juga bisa buat pesawat terbang. Saya ingin seperti beliau," sambung Kayla, siswi kelas IV yang mengaku juga mengidolakan pria yang memiliki nama panjang Bacharuddin Jusuf Habibie itu.

Sementara, Kepala MI Nurul Huda 2, Misbakhul Umam mengatakan, salat ghaib dan doa bersama ini diikuti sekitar 1.200 anak didiknya. Mulai siswa kelas I hingga kelas VI serta para guru dan staf di sekolah itu.

"Tujuan utamanya untuk mendoakan pak Habibie, presiden ke-3 Indonesia yang kemarin wafat. Memang kemarin setelah mendengar kabar duka itu, kami langsung beritahukan kepada siswa melalui grup whatsapp wali murid," kata Umam.

Salat ghaib dan membaca tahlil ini seakan sudah menjadi tradisi di sekolah itu. Pada momen-momen tertentu, mereka juga menggelar kegiatan kerohanian serupa, seperti saat ada bencana. Hal itu juga untuk memupuk kerohanian siswa.

"Memang ketika ada tokoh agama atau tokoh negara yang meninggal, kami membiasakan anak-anak untuk menggelat salat ghaib. Ini untuk memupuk kerohanian siswa," tandas Umam.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.7675 seconds (0.1#10.140)