Surabaya Jadi Percontohan Pengembangan Kebudayaan di Indonesia

Kamis, 12 September 2019 - 18:16 WIB
Surabaya Jadi Percontohan Pengembangan Kebudayaan di Indonesia
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid saat bertemu dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Foto/SINDOnews/Lukman Hakim
A A A
SURABAYA - Keberhasilan pengembangan kebudayaan di Kota Surabaya mendapat pengakuan dari pemerintah pusat.

Yakni, dengan menjadikan Kota Pahlawan sebagai percontohan pengembangan kebudayaan di Indonesia.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen Kebudayaan Kemendikbud), Hilmar Farid, mengatakan, saat ini sudah ada UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Agar semua kebijakan dan strategi kebudayaan berjalan baik sesuai UU tersebut, harus dilakukan komunikasi dan konsultasi dengan kepala daerah yang memiliki komitmen untuk pemajuan kebudayaan.

“Di Indonesia ini ada 514 kabupaten/kota. Tidak mungkin kami kunjungi semuanya. Kami pilih kepala daerah yang memiliki komitmen kuat untuk mengembangkan kebudayaannya. Salah satunya adalah Kota Surabaya yang nanti akan kami jadikan percontohan pengembangan kebudayaan di Indonesia,” kata Hilmar, Kamis (12/9/2019).

Saat audiensi dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang juga dihadiri Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono di rumah dinas wali kota Surabaya, Hilmar mengatakan, sebagus apapun kebijakan pemerintah pusat jika tidak diikuti daerah yang memiliki perangkat yang cukup, tidak mungkin bisa berjalan baik. Untuk itu perlu ada kelembagaan dan pembenahan. Seperti di kecamatan yang ada perangkat pamong budayanya.

“Tak hanya dari segi kelembagaan. Tapi juga dari segi penganggarannya juga perlu dipikirkan. Walaupun di pusat anggarannya banyak, tapi kalau dibagi rata malah tidak dapat apa-apa. Makanya perlu ada prioritas. Anggaran di kelurahan mungkin bisa juga dipakai untuk pengembangan kebudayaan. Ini yang kami diskusikan dengan Ketua DPRD Kota Surabaya,” kata dia.

Agar pemajuan kebudayaan ini berkembang baik di daerah, jelas Hilmar, Ditjen Kebudayaan akan memberikan kegiatan yang substansial. Seperti menyelenggarakan bimbingan teknis (bimtek) yang diperuntukkan perangkat kebudayaan.

“Untuk urusan kebudayaan ini cukup rumit. Melibatkan berbagai pihak seperti kurator, desainer, tenaga ahli yang bergabung dalam barisan kebudayaan. Kalau di Surabaya sudah banyak yang dilakukan. Seperti melakukan pelestarian cagar budaya dan menyelenggarakan festival-festival. Bu Risma (Tri Rismaharini) sudah sangat ahli menggandeng stakeholder untuk pemajuan kebudayaan,” kata dia.

Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku senang jika Surabaya dijadikan percontohan pengembangan kebudayan di Indonesia. Namun Risma ingin perkembangan kebudayaan tidak hanya maju di Surabaya, tapi juga daerah-daerah lainnya.“Sebetulnya saya ingin daerah lain juga berkembang. Kekayaan Indonesia itu sangat luar biasa dari sisi budaya. Melalui budaya bisa membangun toleransi, khususnya di kalangan anak-anak. Bahwa kita satu keluarga. Rasa itu harus terus dipupuk,” kata dia.

Wali kota yang saat ini juga menjabat sebagai Kepala Bidang Kebudayaan DPP PDIP ini menyarankan, agar Ditjen Kebudayaan kembali menggelar dan mengembangkan Kongres Pelajar Nusantara. Dalam kongres tersebut tak sekadar kongres, tapi ada realisasi fisiknya seperti festival budaya yang setiap tahun keliling Indonesia.

“Dulu Surabaya pernah menjadi tuan rumah Kongres Pelajar Nusantara. Sekarang menurut saya perlu dikembangkan lagi. Tapi acaranya tidak sekadar kongres. Kalau hanya kongres nanti hanya dihadiri pejabat-pejabatnya. Tapi harus ada delegasi yang menampilkan kebudayaan dan keseniannya. Jadi benar-benar realistik. Berbagai macam kebudayaan itu kita jadikan perekat persatuan Indonesia,” pungkas dia.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.0573 seconds (0.1#10.140)