Serunya Berebut Berkah Gunungan Tumpeng Syeh Jumadil Qubro

Sabtu, 14 September 2019 - 21:56 WIB
Serunya Berebut Berkah Gunungan Tumpeng Syeh Jumadil Qubro
Ratusan warga berebut gunungan tumpeng di Haul Syekh Jumadil Qubro, di Komplek Wisata Religi, Trowulan.Foto/SINDONews/Tritus Julan.
A A A
MOJOKERTO -
Suasana tenang peringatan Haul Syekh Jumadil Qubro, di kawasan wisata religi Troloyo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, mendadak riuh. Ratusan warga yang tak sabar, menyerbu gunungan tumpeng, Sabtu (14/9/2019).

Tak hanya para pria, kaum wanita bahkan anak-anak seakan tak ingin kalah. Meski harus berdesakan, mereka begitu bersemangat berebut tiga gunungan tumpeng agung. Alasannya pun sederhana, untuk ngalap barokah di Haul Syekh Jumadil Qubro.

Salah satunya, Listianingsih. Ibu rumah tangga berusia 30 tahun ini turut serta berebut gunungan tumpeng kubro itu. Kendati harus bersusah payah berebut, namun ia begitu gembira kala sejumlah hasil bumi, sayur mayur, serta buah-buahan berhasil didapatnya.

"Alhamdulillah, dapat semuanya, mulai padi, sayuran, buah, dan jajan pasar. Semoga dapat berkah kedepannya," kata wanita asal Desa/Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto ini.

Ibu dua anak ini lantas bertutur. Tradisi rebutan gunungan saat Haul Syekh Jumadil Qubro ini selalu dilakukan setiap tahun. Ia percaya, gunungan tumpeng yang telah dibaluri doa dari para ulama di Mojokerto itu bisa membawa berkah. Meski, Listianingsih mengaku takut terinjak saat berebut gunungan tumpeng itu.

"Ya sebenarnya takut, tapi karena saya percaya bahwa ini membawa berkah dari Allah, jadi ya tidak masalah. Setiap tahun saya juga selalu ikut rebutan," jelas wanita yang bekerja sebagai petani ini.

Nantinya, sayuran, buah dan jajanan pasar yang didapat, bakal dimakan bersama dengan keluarga. Sedangkan untaian padi dari gunungan tumpeng, akan dicampurkan pada saat proses pembibitan tanaman padi. Harapannya, semoga panen padi kedepannya bisa melimpah serta tak diserang hama.

Dalam perayaan ini, ada tiga tumpeng berukuran raksasa yang disiapkan. Tumpeng pertama berupa nasi kuning, lengkap dengan panggangan ayam. Tumpeng kedua berisi hasil bumi, sayuran, serta buah-buahan. Sedangkan tumpeng terakhir berisi jajanan pasar serta aneka kue.

Praktis, hanya dalam hitungan menit, ketiga tumpeng berukuran besar itu habis diserbu warga. Mereka yang tak kebagian terlihat memakan nasi yang tersisa di wadah tumpeng tersebut. Selain tumpeng agung, sebanyak 7 air dalam wadah kendi juga menjadi rebutan warga.

"Sama dengan tumpeng agung, air di dalam kendi itu juga dipercaya masyarakat mengandung keberkahan. Jadi semoga kedepannya hidup kita akan lebih baik," kata Listianingsih.

Syekh Jumadil Qubro memiliki nama asli Syekh Jamaluddin al-Husain al-Akbar. Ulama ini disebut-sebut berasal dari Kota Samarkand, Uzbekistan, Asia Tengah. Konon, Dia merupakan keturunan ke-10 dari al-Husain, cucu Nabi Muhammad SAW.

Syekh Jumadil Qubro masih kakek dari Sunan Ampel (Raden Rahmat) dan Sunan Giri (Raden Paku) atau buyut dari Sunan Bonang, Sunan Drajad, dan Sunan Kudus. Beliau merupakan penyebar agama Islam di kalangan bangsawan dan masyarakat pada zaman Kerajaan Majapahit.

Syekh Jumadil Qubro wafat pada 1376 Masehi atau 15 Muharam 797 Hijriyah dan dipercaya dimakamkan di Troloyo, Kecamatan Trowulan. Kini tiap 15 Muharram diperingati sebagai haul atau peringatan wafatnya.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.7602 seconds (0.1#10.140)