Hadapi Era Industri 4.0, UM Surabaya Buka Prodi Sarjana Farmasi

Senin, 16 September 2019 - 16:30 WIB
Hadapi Era Industri 4.0, UM Surabaya Buka Prodi Sarjana Farmasi
Prodi Sarjana Farmasi UM Surabaya, diharapkan menjadi wahana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang siap menghadapi era 4.0. Foto/Ist
A A A
SURABAYA - Penggunaan obat menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya penyembuhan, dan menjaga kesehatan. Namun penggunaan obat harus berhati-hati.

Apabila salah menggunakan obat, bukannya menyembuhkan namun menimbulkan penyakit lain. Hal seperti ini rentan terjadi di masyarakat. Apalagi saat ini praktik pengobatan sendiri tanpa konsultasi tenaga kesehatan, alias swamedikasi, kerap dilakukan masyarakat.

Sebagai contoh, banyaknya masyarakat menggunakan antibiotik secara tidak tepat, dapat memicu terjadinya kekebalan (resistensi) bakteri terhadap antibiotik yang berbahaya bahkan hingga menyebabkan kematian.

Karena itu, masyarakat harus cerdas dalam menggunakan obat, baik dalam memilih, mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan benar. Termasuk menggunakan antibiotik secara bijak.

Tempat Apoteker bertugas selain di di bidang pendidikan industri farmasi, sarana distribusi, juga berpraktek di fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Klinik, dan Apotek. Mereka melayani masyarakat secara langsung dengan pelayanan kefarmasian yang sesuai standar.

Dari seluruh Puskesmas yang ada di Indonesia, baru sepertiganya yang telah tersedia tenaga Apoteker untuk memberikan pelayanan kefarmasian. Jumlahnya pun masih terbatas dalam suatu Puskesmas. Padahal Apoteker tak hanya membagi keahlian dan ilmunya dalam gedung Puskesmas tetapi juga kepada masyarakat di luar Puskesmas.

Kegiatan edukasi dan pemberdayaan masyarakat dalam penggunaan obat secara tepat dan benar dapat dilakukan di mana saja. Bukan hanya di ruang pertemuan atau gedung, tapi juga dapat dilakukan di balai desa, aula, masjid atau mushalla, gereja, teras depan rumah, di dalam rumah penduduk dan lain-lain.

Dunia farmasi di Indonesia masih akan tumbuh pesat, sehingga kehadiran Prodi Sarjana Farmasi di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, diharapkan menjadi wahana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang siap menghadapi era 4.0, khususnya pada sektor kesehatan.

Program studi farmasi, merupakan program studi ke 5 di Fakultas Ilmu Kesehatan. Program Studi farmasi didirikan sebagai salah satu program untuk membantu program pemerintah dalam rangka mencapai tujuan masyarakat Indonesia sehat.

Pembukaan program studi S-1 Farmasi pada Universitas Muhammadiyah Surabaya didasarkan kepada keputusan Rektor No. 042/KEP/II.3.AU/2013, tentang pedoman pengembangan program studi di lingkungan Universitas Muhammadiyah Surabaya dan rencana strategi Universitas Muhamadiyah Surabaya. Sedangkan ijin pembukaan program studi farmasi berdasarkan Surat Keputusan Menristekdikti No. 730/KPT/I/2019.

Dekan FIK UM Surabaya, Mundakir, menyampaikan bahwa pendirian program studi ini untuk merespon terkait dengan permasalahan kebutuhan tenaga apoteker di Indonesia.

"Kami bersyukur izin pembukaan program studi ini dapat kami terima. Semoga kedepannya dengan adanya program studi baru ini dapat memberikan kontribusi khusunya di bidang ke farmasian, sehingga dapat menjadi tambahan wahana pengembangan ilmu pengethauan dan teknologi dalam menghadapi era 4.0," katanya.

Rektor UM Surabaya, Sukadiono, menambahkan, bahwa kampus UM Surabaya akan terus menambah program studi program studi baru. Bertambahnya pendirian program studi ini merupakan bagian dari merespon perkembangan zaman dan tuntutan untuk terus mengembangkan pendidikan di perguruan tinggi.

"UM Surabaya memiliki cukup pengalaman dalam penyelenggarakan pendidikan di bidang kesehatan, dibuktikan dengan jumlah mahasiswa yang terus meningkat secara kuantitas dan kualitas," pungkasnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.6284 seconds (0.1#10.140)