Saat Iran Ancam Perang Besar, AS Justru Dinginkan Situasi

Jum'at, 20 September 2019 - 06:16 WIB
Saat Iran Ancam Perang Besar, AS Justru Dinginkan Situasi
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Richard Pompeo. Foto/REUTERS
A A A
WASHINGTON - Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan sekutunya menghendaki resolusi damai dengan Iran setelah dua kilang minyak Saudi Aramco diserang besar-besaran.

Seruan dari Washington disampaikan setelah Iran mengancam perang habis-habisan karena dituduh sebagai pelaku serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi.

Seruan resolusi damai disampaikan Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo ketika dalam perjalanan pulang ke Washington setelah kunjungan ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).

Komentar Pompeo menandai pendinginan retorika perang yang signifikan setelah Presiden Donald Trump memperingatkan Iran bahwa senjata AS siap "dikokang dan diisi" untuk merespons serangan terhadap kilang minyak Saudi Aramco.
Pompeo sendiri sebelumnya juga mengumbar retorika perang, di mana dia mengklaim bahwa serangan terhadap dua kilang minyak Saudi sebagai "tindakan perang" oleh Iran.

"Saya di sini dalam suatu tindakan diplomasi. Ketika Menteri Luar Negeri Iran mengancam perang habis-habisan dan berperang dengan Amerika terakhir, kami di sini untuk membangun koalisi yang bertujuan mencapai perdamaian dan resolusi damai untuk ini," kata Pompeo, seperti dikutip The Guardian, Jumat (20/9/2019).

"Ini adalah misi saya, apa yang pasti ingin dicapai oleh Presiden Trump untuk saya capai, dan saya berharap Republik Islam Iran melihatnya dengan cara yang sama," papar mantan direktur CIA tersebut.

Ketika Pompeo berkomentar yang mendinginginkan ketegangan, Iran membuat peringatan kepada AS bahwa serangan terhadap Teheran akan menjadi perang habis-habisan.

“Saya membuat pernyataan yang sangat serius tentang membela negara kami. Saya membuat pernyataan yang sangat serius bahwa kami tidak ingin terlibat dalam konfrontasi militer," kata Zarif kepada CNN. "Tapi kami tidak akan berkedip untuk mempertahankan wilayah kami."

Pompeo mengulangi peringatan Trump bahwa Washington akan menjatuhkan sanksi lebih lanjut terhadap Iran. Selama ini Washington telah menjatuhkan embargo minyak dan sistem perbankan AS terhadap Iran dengan tujuan memotong pembiayaan Iran untuk sekutu regional dan program misilnya.

“Arahan presiden kepada kami, untuk terus mencegah mereka memiliki kapasitas untuk menanggung Hizbullah, milisi Syiah di Irak, program rudal mereka sendiri, semua hal yang telah mereka lakukan untuk menimbulkan ancaman bagi dunia, itulah misi yang ditetapkan oleh kami, sanksi ekonomi," kata dia.

Pompeo telah berkonsultasi dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Pangeran UEA Mohammed bin Zayed. Kedua pemimpin Arab itu adalah sekutu dekat pemerintahan Trump di Timur Tengah.

Keputusan Trump untuk tidak membalas Iran yang dituduh menyerang kilang minyak Arab Saudi menuai kritik dari para politisi Partai Republik, termasuk Senator Lindsey Graham."Tidak adanya tindakan AS jelas dilihat oleh rezim Iran sebagai tanda kelemahan," kata dia.

Namun, pakar memuji memuji kebijakan Trump yang menahan diri terhadap Iran. Pakar menilai AS tidak memiliki kewajiban pada Riyadh. Namun, pakar juga menyalahkan retorika perang Trump yang blak-blakan dan kebijakan "tekanan maksimum" AS pada Iran karena mendorong kawasan Timur Tengah ke jurang konflik.

"Kelambanan AS akan dianggap sebagai kelemahan. Biar saya perjelas, saya tidak menganjurkan perang. Intinya adalah (Trump) terlibat dalam gertakan yang bodoh, tidak perlu, sangat berbahaya dan Iran telah memanggilnya," kata Suzanne Maloney, Wakil Direktur Program Kebijakan Luar Negeri di Brookings Institution.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8208 seconds (0.1#10.140)