Dampak Asap, ACT Kerahkan Armada Kemanusiaan

Senin, 23 September 2019 - 12:51 WIB
Dampak Asap, ACT Kerahkan Armada Kemanusiaan
Ambulance Pre-Hospital, Humanity Food Truck, Humanity Water Tank, serta puluhan truk logistik siap diberangkatkan menuju Riau untuk meredam dampak kabut asap. Foto/Istimewa
A A A
SURABAYA - Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengerahkah armada-armada kemanusiaan untuk meredam dampak kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau.

Semua armada tersebut tengah disiapkan di Humanity Distribution Center (HDC) Gunung Sindur, Jawa Barat, untuk diberangkatkan Senin (23/9/2019) sore.

Sejumlah armada kemanusiaan tersebut antara lain Humanity Food Truck, Ambulance Pre-Hospital, Humanity Water Tank, dan 10 truk logistik yang memuat 100 ton bantuan pangan berisi beras, gula, air mineral, termasuk kebutuhan sanitasi dan obat-obatan.

Tidak hanya itu, 100 relawan terlatih juga akan diberangkatkan menuju Riau untuk membantu pemadaman api, pendistribusian bantuan maupun menggelar layanan kesehatan.
Pengiriman bantuan pangan dan logistik dalam jumlah masif tidak terlepas dari dampak bencana kabut asap terhadap perekonomian warga. Hal ini disampaikan oleh Lukman Azis Kurniawan selaku Direktur Komunikasi ACT.

“Asap bukan hanya menganggu kesehatan warga, tetapi juga melemahkan ekonomi masyarakat di sana. Kabut asap mengganggu aktivitas masyarakat dalam mencari nafkah. Alhasil, cukup banyak warga yang penghasilannya menurun dan berimbas pada sulitnya memenuhi kebutuhan pokok. Ini yang mau kita bantu, melalui pemenuhan kebutuhan pangan,” jelas Lukman.

Menurut data yang ACT temukan di Pekanbaru, sejumlah pedagang mengalami penurunan pemasukan selama kabut asap menyelimuti Riau. Asap membuat sejumlah warga enggan berbelanja di pasar dan mengurangi aktivitas di luar ruangan.

“Hari-hari biasa pembeli banyak datang ke tempat saya, sekarang ketika asap (semakin pekat) jumlah pembeli berkurang,” kata Lidya, penjual jamu di Pasar Arengka, Kota Pekanbaru.

Hal senada juga disampaikan Ita, penjual makanan tradisional lemang bambu. Biasanya Ita berjualan di sekitar Jalan Jendral Sudirman Pekanbaru.

“Para pengendara mulai jarang yang berhenti untuk beli dagangan saya. Pedagang yang di sekitar sini juga ada beberapa yang tidak berjualan karena kabut asap,” kata Ita.

Belum lagi, kata Ita, para pedagang juga harus mengalami sedikit sesak napas dan mata merah karena masih berjualan di tengah kabut asap yang menyelimuti udara.

Lukman mengatakan, ratusan ton bantuan logistik yang dikirim nantinya akan didistribusikan secara bertahap ke jumlah wilayah terdampak.

"Seratus ton pertama akan didistribusikan ke enam desa di empat kabupaten/kota di Riau yang terkena dampak langsung. Misalnya saja ada Kabupaten Pelalawan (lokasi dekat titik api), Kota Pekanbaru (menyasar permukiman miskin terdampak asap), Kabupaten Kampar (dekat titik api), dan Kabupaten Siak," kata Lukman.

Bantuan ini merupakan yang keenam kalinya dikirimkan dalam satu bulan terakhir. "Sebelumnya kami telah kirimkan bantuan masker, logistik, relawan untuk pemadaman api dan relawan medis," jelas Lukman.

Kepala Cabang ACT Riau Othman Razali menjelaskan, masyarakat masih sangat membutuhkan perlengkapan kesehatan seperti masker dan oksigen. “Masker dan oksigen masih dibutuhkan warga sampai beberapa hari ke depan. Paling tidak sampai kualitas udara mulai membaik dan kabut asap mereda,” kata Othman.

Hingga Ahad (22/9/2019), ACT telah melakukan sejumlah penanganan untuk menanggulangi karhutla maupun dampak kabut asap. Di sejumlah wilayah, ACT mengirimkan regu penyelamat untuk membantu pemadaman api, melakukan pemeriksaan kesehatan masyarakat terdampak asap, membagikan masker dan oksigen, serta edukasi menjaga kesehatan di wilayah terdampak asap.

Per Ahad (22/9/2019), 5 posko penanganan kabut asap dan karhutla dibuka ACT di 6 provinsi atau 12 kabupaten/kota.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2108 seconds (0.1#10.140)