Dua Publikasi Jurnal Internasional Unair Bahas Penanganan HIV

Rabu, 25 September 2019 - 21:28 WIB
Dua Publikasi Jurnal Internasional Unair Bahas Penanganan HIV
Guru besar Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Nasronudin menjelaskan tentang penanganan HIV-Aids di Indonesia. Foto/Ist.
A A A
SURABAYA - Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, mampu membuat dua publikasi di Jurnal Internasional, tentang masalah HIV.

Kedua publikasi hasil penelitian dosen Unair Surabaya itu, membahas berbagai terobosan dalam penanganan masalah HIV.

Pada publikasi pertama, mereka membedah studi epidemiologi molekuler dari HIV di Indonesia. Sementara penelitian kedua mengenai deteksi resistensi obat antiretroviral (ARV) yang diberikan pada penderita HIV-AIDS.

Anggota tim peneliti Unair Surabaya, Nasronudin menuturkan, penelitian terkait epidemiologi subtype HIV di Indonesia bersifat mendesak. Pasalnya, transmisi atau penyebaran virus HIV di Indonesia menjadi yang tercepat di Asia.

Semua itu tak lepas dari faktor Indonesia sebagai negara besar, dengan jumlah penduduk yang banyak dan terdiri dari sekitar 17.300 pulau yang tersebar dari ujung utara Sumatra hingga barat, Papua.

"Indonesia adalah negara yang besar dan terdiri dari banyak pulau. Sehingga, banyak pintu masuk ke Indonesia, demikian juga pintu keluar. Makanya bisa terjadi orang luar masuk ke Indonesia dan menularkan virus HIV atau orang Indonesia ke luar negeri lalu membawa oleh-oleh berupa virus HIV," kata guru besar Unair Surabaya, yang akrab disapa Nasron, Rabu (25/9/2019).

Direktur Rumah Sakit Unair (RSUA) itu menambahkan, penelitian terkait dengan resistensi obat ARV juga penting dilakukan untuk mengetahui resistensi obat ARV pada tubuh pasien sebelum muncul gejala klinis. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa mutasi gen akibat konsumsi obat ARV di Indonesia belum banyak terjadi.

Artinya, resistensi di Indonesia masih rendah, yaitu kurang dari 5 persen. Sehingga pengobatan ARV pada penderita HIV AIDS masih sangat efektif. "Jadi disimpulkan bahwa mutasi masih sangat sedikit dan pengobatan ARV di Indonesia masih sangat efektif. Masih berpotensi untuk mengangkat kualitas hidup dari pasien baik pasien HIV atau ADIS," ucapnya.

Ia menambahkan, penelitian terkait penyakit tersebut harus dilanjutkan karena terbukti bermanfaat. Harapannya, hasil dari penelitian dapat digunakan untuk membuat obat-obatan untuk penderita HIV-AIDS. Sehingga, Indonesia tidak perlu impor lagi dan bisa membuat sendiri dengan bahan baku yang tersedia di dalam negeri.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2180 seconds (0.1#10.140)