Komunitas Sido Resik Galang Gerakan Sosial Peduli Sampah Sidoarjo

Jum'at, 27 September 2019 - 02:00 WIB
Komunitas Sido Resik Galang Gerakan Sosial Peduli Sampah Sidoarjo
Direktur Sido Resik, Ahmad Muhdlor Ali saat mengisi acara Sosialisasi Pengembangan Bank Sampah dalam Menunjang Ekonomi Masyarakat Menuju Indonesia Bersih Sampah 2025 di Sidoarjo.
A A A
SIDOARJO - Sejumlah komunitas peduli lingkungan berkumpul memperkuat komitmen membantu mewujudkan pengelolaan sampah yang lebih baik di Sidoarjo. Aksi yang digalang Komunitas Sido Resik itu mendorong perubahan paradigma pengelolaan sampah sejak dari lingkungan rumah tangga.

”Sampah adalah persoalan yang membutuhkan perhatian bersama,” ujar Direktur Sido Resik, Ahmad Muhdlor Ali usai menjadi narasumber acara ”Sosialisasi Pengembangan Bank Sampah dalam Menunjang Ekonomi Masyarakat Menuju Indonesia Bersih Sampah 2025” di Sidoarjo, Kamis (26/9/2019). Acara diikuti berbagai komunitas dan pegiat sosial peduli lingkungan.

Muhdlor mengatakan, saat ini, volume sampah di Sidoarjo diperkirakan 1.800 ton per hari. Tidak semua sampah itu bisa dikelola, mengingat belum optimalnya tempat pengolahan sampah yang ada. Berbagai peningkatan teknologi pada tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah pun tidak akan berarti jika semua elemen tidak terlibat dalam gerakan pengelolaan sampah.

”Maka sebenarnya penting untuk mendirikan bank sampah di 353 desa/kelurahan di Sidoarjo. Karena belum semua desa/kelurahan punya bank sampah. Padahal, selain bermanfaat dari sisi ekologi, pengelolaan sampah juga bermanfaat dari sisi ekonomi. Sudah banyak bukti komunitas dan BUMDes yang berhasil mendapat keuntungan ekonomi dari pengelolaan sampah,” ujarnya.

”Bank sampah menjadi inisiatif ekologi-ekonomi yang menyehatkan lingkungan serta menyejahterakan warga. Dari pemilahan hingga daur ulang, ada potensi ekonomi yang bisa digerakkan dari kampung ke kampung,” imbuh Muhdlor Ali.

Sido Resik membangun model kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) untuk mendorong berbagai pihak peduli terhadap pengelolaan sampah. Sekarang jumlah relawan pengelolaan sampah ini sudah sekitar 1.000 relawan yang tersebar di separuh kecamatan di Sidoarjo.

Menurut Muhdlor, dengan menggaet banuyak komunitas, pengelolaan sampah diharapkan bisa menjadi perhatian bersama khususnya oleh generasi muda. Apalagi setiap komunitas peduli lingkungan punya kelebihan masing-masing. Gerakan sosial (social movement) ini diharapkan bisa mengurangi volume sampah hingga 30 persen.

”Kenapa fokus ke anak-anak muda? Karena ini bagian dari perubahan paradigma. Anak-anak muda jadi motor penggerak dari unit terkecil yaitu keluarganya, tetangganya, teman-teman sekolahnya, dan sebagainya, Dimulai dari langkah kecil, seperti memastikan keluarganya tak lagi memakai tas plastik saat berbelanja, membudayakan pakai tumbler, dan sebagainya,” papar direktur Ponpes Bumi Sholawat tersebut.

Sementara itu, Kepala Seksi Tempat Pemrosesan Akhir, Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Kementerian Lingkungan Hidip (KLHK), Arief Sumargi memaparkan, penanganan sampah tidak hanya membutuhkan tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) atau TOA saja, tapi harus mengubah pola pikir masyarakatnya.

”Kalau sejak dari rumah tangga sampah sudah dipilah-pilah, kemudian dikumpulkan di bank sampah, kami yakin makin sampah di selokan, sungai atau bahkan ke laut bisa dikurangi. Bahkan sampah ke TPA hanya sampah yang tidak bisa didaur ulang," ungkapnya.
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.0081 seconds (0.1#10.140)