BWI Pusat Ajak Sivitas Unusa Jadikan Wakaf sebagai Gaya Hidup

Sabtu, 28 September 2019 - 16:13 WIB
BWI Pusat Ajak Sivitas Unusa Jadikan Wakaf sebagai Gaya Hidup
Penyerahan wakaf usai kuliah umum dihadapan Ribuan Sivitas Akademika Unusa di Auditorium Unusa Kampus B Jemursari Surabaya, Sabtu (28/9/2019). Foto/Istimewa
A A A
SURABAYA - Ribuan Sivitas Akademika Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mengikuti kuliah umum dengan tema Paradigma Baru Wakaf dalam Dinamika Penguatan Masyarakat.

Kegiatan ini merupakan bentuk konkret Unusa untuk mengedukasikan pentingnya wakaf bagi sivitas akademika.

Unusa mengandeng Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang tengah gencar meningkatkan literasi wakaf dengan mempromosikan edukasi mengenai kesadaran berwakaf di dunia pendidikan. Khususnya kaum milenial yang ada di perguruan tinggi.

“Saat ini kami memberikan pemahaman tentang wakaf dan kami akan masuk ke dalam lembaga-lembaga pendidikan baik itu perguruan tinggi maupun sekolah menengah. Ini menjadi prioritas utama BWI,” tegas Ketua BWI Pusat, Prof Mohammad Nuh saat memberikan kuliah umum dihadapan Ribuan Sivitas Akademika Unusa di Auditorium Lantai 9 Tower Unusa Kampus B Jemursari Surabaya, Sabtu, (28/9).

Sejak Mei 2018, BWI Pusat sudah aktif masuk ke kampus-kampus di semua provinsi di Indonesia melalui kegiatan “Wakaf Goes to Campus,” untuk membuka literasi mahasiswa tentang pentingnya wakaf. Selain itu, kegiatan ini untuk mengajak generasi milenial memajukan wakaf dan menjadikannya sebagai gaya hidup.

Mohammad Nuh menambahkan wakaf adalah instrumen strategis untuk meningkatkan kesejahteraan, kualitas dakwah, dan menjaga kemartabatan.

la mencontohkan kebun kurma yang diwakafkan Sayyidina Umar dan hasilnya digunakan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat miskin dan yang membutuhkan.
Ia juga mencontohkan wakaf sumur oleh Sayyidina Utsman yang memberikan manfaat sumber air minum bagi penduduk Madinah.

Mohammad Nuh juga mencontohkan wakaf Habib Bugak Aceh berupa tanah dan rumah singgah bagi jamaah haji Aceh.

Aset itu sekarang di kelola secara produktif dan menjadi beberapa hotel yang keuntngannrya disalurkan kepada jamaah haji asal Aceh.

“Kita tahunya kan sedekah, infaq dan shodaqoh. Karena itu kita ingin para milenial, khususnya mahasiswa di Unusa lebih mengenal wakaf, menjadi pelaku wakaf dan ikut mengkampanyekan wakaf,” ungkap Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (YARSIS) ini.

Mendikbud Periode 2009-2014 ini mengatakan di Eropa dan Amerika, jelas Nuh, wakaf pun dikembangkan untuk membangun dan membiayai perguruan tinggi, seperti Harvard University dan Stanford University. Namun, mereka menyebutnya endowment. Dengan wakaf itulah Harvard dan Stanford berkembang menjadi perguruan tinggi yang diakui.

Alasan itulah kemudian Muhammad Nuh mengajak generasi milenial untuk turut memajukan wakaf dan menjadikannya sebagai gaya hidup. penyelenggara wakaf Goes to Campus menyasar generasi milenial mahasiswa karena mereka adalah generasi elit calon pemimpin bangsa.

“Pada 10-15 tahun lagi mereka akan menjadi tokoh-tokoh yang diharapkan sudah memahami wakaf dan berkontribusi untuk memajukan wakaf produktif, baik sebagai yang berwakaf maupun sebagai pengelola wakaf,” pungkas Pria yang juga sebagai Ketua Dewan Pers ini.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.0833 seconds (0.1#10.140)