Penurunan Harga Daging Ayam Ras Picu Deflasi Jatim

Selasa, 01 Oktober 2019 - 19:06 WIB
Penurunan Harga Daging Ayam Ras Picu Deflasi Jatim
Harga daging ayam yang menurun drastis, memicu terjadinya deflasi di Jatim. Foto/Ilustrasi
A A A
SURABAYA - Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mencatat, selama bulan September 2019, Jatim mengalami deflasi 0,07 persen. Yakni dari 135,74 di bulan Agustus, jadi 135,65.

Deflasi yang terjadi di bulan September 2019 ini, juga lebih tinggi jika dibanding September 2018 yang mengalami deflasi 0,01 persen.

Apabila dilihat trend musiman setiap bulan September, selama sepuluh tahun terakhir (2010-2019), terjadi tujuh kali inflasi dan tiga kali deflasi. Bulan September 2010 merupakan inflasi tertinggi. Yakni sebesar 0,46 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi pada bulan September 2013 sebesar 0,23 persen.

"Deflasi tertinggi terjadi di Jember yang mencapai 0,29 persen. Sedangkan deflasi terendah terjadi di Surabaya sebesar 0,02 persen," kata Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono, Selasa (1/10/2019).

Pada bulan September 2019, dari tujuh kelompok pengeluaran, lima kelompok mengalami inflasi dan dua kelompok mengalami deflasi. Inflasi tertinggi adalah kelompok Sandang sebesar 0,68 persen. Diikuti kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga sebesar 0,63 persen, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,31 persen, kelompok Kesehatan sebesar 0,07 persen, dan kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar sebesar 0,03.

Sedangkan kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok Bahan Makanan sebesar 1,11 persen, dan kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan yaitu sebesar 0,01 persen. Tiga komoditas utama penyumbang deflasi di bulan September 2019 adalah daging ayam ras, bawang merah, dan telur ayam ras.

Harga daging ayam ras kembali mengalami penurunan disebabkan oleh banyaknya pasokan di pasaran sementara tidak terjadi kenaikan permintaan. "Sementara itu, bawang merah masih menjadi komoditas penyumbang deflasi seperti bulan sebelumnya. Ini disebabkan harganya yang terus mengalami penurunan," tandas Teguh.

Selain komoditas penyumbang deflasi di atas, beberapa komoditas menjadi penghambat
terjadinya deflasi. Tiga komoditas utama yang menghambat terjadinya deflasi adalah biaya akademi (perguruan tinggi), emas perhiasan, dan beras. "Biaya akademi (perguruan tinggi) yang dibayarkan pada tahun ajaran baru menghambat deflasi karena mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya," ujar Teguh.

Sementara itu emas perhiasan masih mengalami kenaikan walaupun tidak setinggi bulan sebelumnya. Komoditas lain yang juga mengalami kenaikan adalah komoditas beras. Kenaikan harga disebabkan berkurangnya produksi akibat kemarau panjang. "Komoditas lain yang menjadi penghambat deflasi mie, sepeda motor, apel, kelapa, minyak goreng, capcai, dan semen," pungkas Teguh.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.4802 seconds (0.1#10.140)