Kinerja Industri Furniture Jatim Melambat

Rabu, 02 Oktober 2019 - 15:05 WIB
Kinerja Industri Furniture Jatim Melambat
kinerja ekspor industri furniture di Jawa Timur (Jatim) menurun dari 4,53% pada tahun 2018 menjadi 2,79% pada Mei 2019. Foto/SINDOnews/Dok
A A A
SURABAYA - Data Laporan Perekonomian Jatim yang dirilis Bank Indonesia (BI) menyebutkan, kinerja ekspor industri furniture di Jawa Timur (Jatim) menurun dari 4,53% pada tahun 2018 menjadi 2,79% pada Mei 2019.

Ekspor furniture Jatim hanya menyumbang 3,0% dari total ekspor Jatim, namun berkontribusi 30% terhadap ekspor furniture nasional.

Beberapa permasalahan yang dihadapi industri furniture di Jatim adalah terkait penurunan permintaan dan kenaikan biaya. Dalam sembilan tahun terakhir, pangsa ekspor furniture ke Amerika Serikat (AS) mencapai 59%, disusul Jepang 7% dan Jerman 4%.

Berdasarkan pertumbuhannya, ekspor ke AS mengalami tren penurunan sejak tahun 2017. Demikian pula dengan ke Jerman sejak 2018. Sementara ekspor ke Jepang meningkat.

"Penurunan ekspor ke USA dan Jerman tersebut utamanya disebabkan faktor permintaan," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jatim, Difi Ahmad Johansyah, Rabu (2/10/2019).

Untuk kawasan Jawa, industri furniture Jatim berkontribusi sebesar 54 persen terhadap total PDRB Industri furniture Jawa. Walaupun pangsa terhadap PDRB Jatim rendah, namun industri furniture merupakan industri padat karya yang menyerap 6 persen tenaga kerja di Jatim.

Di sisi lain, terdapat tren penurunan pertumbuhan serapan tenaga kerja industri ini. "Selain faktor permintaan, adanya persaingan dengan negara lain seperti Vietnam dan Malaysia juga menjadi penahan pertumbuhan ekspor," ujar Difi.

Alokasi kredit perbankan pada sektor furniture, lanjut dia, masih tergolong rendah. Rendahnya porsi kredit furniture di perbankan mengindikasikan pembiayaan sektor ini tidak hanya mengandalkan perbankan.

Meskipun demikian, pada tahun 2019 pertumbuhan kredit furniture mulai meningkat. Ini didukung dengan suku bunga kredit yang relatif stabil. Hal ini sejalan dengan optimisme industri furniture, khususnya yang berskala ekspor. "Bahwa, trade war AS-Tiongkok akan membuat permintaan furniture AS beralih ke Indonesia," ungkap Difi.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7128 seconds (0.1#10.140)