Cerita Ibu Muda Rela Jadi PSK untuk Hidupi Keluarga

Kamis, 03 Oktober 2019 - 11:46 WIB
Cerita Ibu Muda Rela Jadi PSK untuk Hidupi Keluarga
Petugas membawa para PSK dari warung remang-remang di Desa Ngrandu, Jetis, Kabupaten Mojokerto. Foto/SINDOnews/Tritus Julan
A A A
Raut gusar terpancar jelas dari wajah wanita muda itu. Seiring petugas Dinas Sosial (Dinsos) memaksanya keluar dari kamar sederhana di warung remang-remang.

Warung-warung sederhana itu berdiri berhimpitan di tepian Desa Ngrandu, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto.

Mulutnya tak berhenti nerocos. Menghardik petugas yang dianggap datang tak tepat pada waktunya. Sementara tangannya terus sibuk membetulkan kancing kemejanya. Maklum saja, kala itu ia baru saja melayani pelanggan. Seorang pria yang sedikit lebih tua darinya.

"Baru selesai, belum dibayar aku. Mana uangnya, ojok mlayu sik (jangan lari dulu). Durung bayar iku (belum bayar itu)," teriak Dw, sembari terus menutupi wajah dengan telapak tangannya.

Kamar sempit berukuran 2X2,5 meter di warung sederhana tengah sawah itu memang menjadi favorit. Meski berlantai tanah, nyatanya kondisi itu terasa begitu nikmat untuk melampiaskan syahwat. Utamanya bagi pria hidung belang yang berkantong tipis.

Terbukti, setiap kali razia penyakit masyarakat digelar petugas Dinsos Kabupaten Mojokerto, ada saja wanita tuna susila yang diamankan di tempat itu. Bahkan beberapa diantaranya adalah wajah-wajah lama. Mereka yang sebelumnya sudah pernah digaruk petugas. Namun ada juga yang baru kali pertama diamankan petugas.

Salah satunya adalah Dw. Ibu satu anak ini sengaja mangkal di lokasi tersebut untuk mengais rupiah. Dari jasanya menjadi pemuas pria hidung belang. Alasannya pun sederhana, agak jauh dari rumah dan tempat yang dianggap paling aman. Lantaran jarang diobrak petugas. Selain itu, ia juga berusia paling muda diantara tiga PSK lainnya.

"Sekali main hanya Rp100 ribu. Tadinya cari yang aman, karena baru pertama. Eh malah ketangkap petugas ujungnya," aku Dw, setelah sedikit tenang. Sebelumnya Dw sempat histeris, lantaran dibawa petugas ke Kantor Dinsos Kabupaten Mojokerto untuk dibina.

Bahkan wanita asal Kelurahan Kranggan, Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto ini sempat ogah keluar dari mobil. Petugas Dinsos Kabupaten Mojokerto pun terpaksa membopongnya. Sebelumnya akhirnya Dw dicecar pertanyaan oleh petugas, seputar pekerjaannya menjadi PSK.

"Sumpah, ini baru pertama kali, tapi sudah ditangkap. Saya pusing, saya harus cari uang untuk ngopeni (menghidupi) anak saya. Usianya masih 7 bulan," tutur wanita berusia 27 tahun ini.

Cerita Ibu Muda Rela Jadi PSK untuk Hidupi Keluarga


Dw berdalih, sejak menikah ia tak pernah mendapatkan nafkah dari suami. Apalagi beberapa waktu lalu, suaminya dijebloskan ke sel tahanan lantaran tersandung kasus narkoba. Penderitaannya pun kian lengkap lantaran gajinya sebagai buruh di tempat pengrajin rotan cukup minim.

"Suami ditahan di Lapas Madiun karena kasus sabu. Tiga bulan lagi baru keluar, tapi sejak menikah saya tidak pernah dinafkahi. Ya sudah, saya kerja ini aja," ungkapnya sembari merajuk ke petugas untuk bisa dilepaskan. Dengan alasan agar bisa merawat anaknya yang masih balita.

Tak beda jauh dengan Dw. Seorang PSK lainnya sebut saja Rini, juga berkelit kala petugas mencecarnya. Rini merupakan salah satu dari 6 wanita tuna susila yang diamankan dari 4 lokasi razia. Hampir sama dengan Dw, ia terciduk usai melayani seorang pelanggan di sebuah warung remang-remang di Desa Awang-awang, Kecamatan Mojosari.

"Saya asli Jember pak. Saya mohon jangan dibawa ke Kediri. Soalnya saya takut sama suami. Suami saya kerja di Trosobo," kata Rini saat dikorek informasinya oleh petugas Dinsos Kabupaten Mojokerto.

Rini mengaku sudah memiliki anak. Sebenarnya, ia merupakan karyawan lepas di sebuah pabrik sepatu di wilayah Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo. Namun, untuk bisa mendapatkan tambahan, biasanya sepekan sekali ia bolos kerja dan bekerja sampingan menjadi pemuas nafsu pria hidung belang.

"Utangnya banyak pak. Kalau (gaji) dari pabrik saja tidak cukup. Belum buat makan dan biaya hidup keluarga. Jadi terpaksa seperti ini," tutur Rini sembari mengaku baru mendapatkan 2 orang pelanggan sebelum digerebek petugas.

Masih banyaknya wanita tuna susila yang mangkal di warung remang-remang ini, sangat disayangkan. Tak hanya soal melanggar norma susila, namun acaman penyakit mematikan juga membayangi mereka. Apalagi, hingga kini belum ada obat untuk menyembuhkan virus HIV/AIDS.

"Ya kami sangat prihatin kenapa masih ada saja. Padahal kami rutin melakukan razia. Bulan Mei 2019 lalu di lokasi yang sama juga kita dapatkan 9 wanita tuna susila," kata Kasi Rehabilitasi Ahmad Zainul Hasan.

Nantinya para PSK yang terjaring razia ini akan dibina. Mereka bakal dikirimkan ke panti rehabilitasi Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur Bina Karya Wanita Mandiri di Kediri. Di sana, para PSK ini akan dilatih berbagai ketrampilan. Dengan harapan, nantinya mereka mampu mengembangkan dan berhenti dari bisnis esek-esek yang selama ini ditekuni.

"Biasanya, pelatihan yang didapatkan, sesuai dengan keinginan masing-masing individu. Seperti merias pengantin, masak, menjahit dan banyak lagi. Selain itu, mereka nanti juga akan mendapatkan alat-alat pendukung pelatihan yang diberikan secara cuma-cuma," pungkasnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.5617 seconds (0.1#10.140)