Pemburu Liar Penyebab Kebakaran Hutan Gunung Welirang

Kamis, 03 Oktober 2019 - 15:45 WIB
Pemburu Liar Penyebab Kebakaran Hutan Gunung Welirang
Seorang petugas Tahura berusaha memadamkan api di kawasan Gunung Welirang.Foto/SINDONews/Tritus Julan.
A A A
MOJOKERTO - Puluhan hektar hutan di Gunung Welirang, masuk Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto terbakar. Petugas menduga, kebakaran ini diakibatkan ulah para pemburu liar.

Kepala Seksi Tahura Raden Soerjo, wilayah Pacet, Adi Sutrisno, mengungkapkan, hingga saat ini, terdapat empat titik api yang masih membara di Blok Plorotan, wilayah Gunung Welirang. Puluhan petugas gabungan hingga kini masih berupaya untuk memadamkan kobaran api.

"Sebenarnya, kebakaran terjadi sejak Minggu (29/9). Titik api terpantau di Blok Patokwesi Lumbangrejo, perbatasan Prigen dengan Trawas. Ada tiga titik api awalnya," kata Adi saat dihubungi melalui telepon seluler (ponsel)-nya, Rabu (2/10/2019).

Selanjutnya petugas gabungan dari Tahura Raden Soerjo dan Pusdalops serta TNI dan Kepolisian, melakukan pemadaman. Api kemudian baru bisa dipadamkan pada Senin (30/9/2019) siang. Namun, jelang malam, api kembali muncul bahkan menjalar ke Blok Plorotan.

"Kemarin sekitar 37 personel dari Tahura, TNI, Polri, LMDH, Jagawana, serta potensi relawan lain yang memadamkan api. Bahkan pagi tadi, sebanyak 42 personel kembali naik untuk melakukan pemadaman. Karena angin cukup kencang sehingga api mudah merambat," kata Adi.

Menurut Adi, kebakaran hutan ini merupakan ulah dari para pemburu liar. Mereka sengaja membakar hutan agar hewan rusa keluar dari persembunyiannya. Memang, kawasan Tahura Raden Soerjo merupakan salah satu habitat hewan rusa. Sehingga lokasi ini kerap menjadi sasaran para pemburu liar.

"Kebakaran ini penyebabnya adalah perburuan liar. Itu kan dibakar hutannya, agar hewan rusa keluar. Setelah keluar kemudian ditembak, dikuliti, kemudian diambil dagingnya. Tulangnya ditinggal disitu biar terlihat terbakar," jelas dia.

Dugaan adanya unsur kesengajaan ini dikuatkan dengan bukti-bukti yang didapat petugas di lapangan saat melakukan pemadaman. Di antaranya yakni sisa tulang rusa yang sebelumnya sudah dipotong dan diambil dagingnya oleh para pemburu.

"Selain itu, ada proyektil peluru yang kita temukan. Jadi kerangka rusa itu bukan hewan yang terbakar, namun hewan yang diburu dengan cara membakar lahan. Kemudian kerangka dan kulit ditinggal agar seakan-akan terlihat terbakar," kata Adi.

Adi pun mengutuk keras tindakan para pemburu liar ini. Dia meminta agar masyarakat yang masih melakukan perburuan rusa tidak lagi membakar hutan. Apalagi, rusa merupakan hewan yang dilindungi. Sehingga tidak diperbolehkan untuk diburu.

"Kami mengimbau kepada masyarakat untuk tidak berburu di kawasan hutan Tahura Raden Soerjo. Apalagi dengan cara membakar hutannya. Karena dampak yang ditimbulkan sangat besar dan merugikan kita semua," kata di.

Sementara itu, dari data Pusdalops BPBD Kabupaten Mojokerto menyebutkan, hingga Rabu (2/10) pukul 15.00 WIB, terdapat 6 titik api di Blok Plorotan Gunung Welirang. Bahkan, jelang sore hutan yang terbakar meluas hingga barongan tepat dibawah Gunung Pundak.

"Ada banyak relawan yang dilibatkan dalam upaya melakukan pemadaman melalui jalur Gunung Pundak. Ada 10 personel terdiri dari relawan ISM, Welirang Comunitty dan TSA," kata Kepala BPBD Mojokerto Ahmad Zaini.

Sulitnya pemadaman dipicu kencangnya angin yang memiliki kecepatan 30 km per jam. Proses pemadaman bakal terus dilakukan hingga seluruh titik api dipastikan padam.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.4000 seconds (0.1#10.140)